Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/05/2013, 18:29 WIB

ADELAIDE, KOMPAS.com- Penelitian terbaru menunjukkan bahwa tingkat serangan stroke yang dialami warga Australia turun dibandingkan 20 tahun lalu, meskipun usia penduduk semakin tua dan meningkatnya obesitas.

Menurut laporan ABC, para peneliti dari Universitas Adelaide mengkaji lebih dalam sebab kematian dari sekitar 148.000 warga Australia. Mereka menemukan bahwa serangan stroke pertama turun 10 persen dibandingkan studi yang sama yang dilakukan di Perth di tahun 1990.

Menurut peneliti utama Jonathan Newbury, penurunan ini disebabkan pengelolaan yang lebih baik terhadap beberapa faktor yang menyebabkan seseorang terkena stroke. "Kita sekarang lebih baik dalam mencegah stroke yang disebabkan tekanan darah tinggi, dan kita juga lebih baik dalam mencegah orang untuk merokok." kata Newbury.

"Pertanyaan sebenarnya adalah 'dengan meningkatnya usia rerata penduduk, apakah kita akan melihat lebih banyak stroke? karena inilah yang paling banyak terjadi ketika usia kita semakin lanjut," lanjut Newbury.

Menurut laporan koresponden Kompas di Australia L. Sastra Wijaya, penelitian Universitas Adelaide ini menemukan bahwa detak jantung yang tidak teratur menjadi 40 persen sebab serangan stroke di Australia.

Seorang dokter ahli syaraf mengatakan, penemuan terbaru ini semakin memperkuat argumentasi agar pemerintah Federal Australia memasukkan obat pengencer darah untuk mendapatkan subsidi. Menurut James Leyden, obat pengencer darah sebelumnya memang tidak efektif, namun sekarang obat pengencer darah terbaru lebih efektif untuk mencegah stroke.

"Salah satu stroke paling mematikan adalah stroke yang berasal dari jantung, penyumbatan dari jantung yang menuju ke otak." kata Leyden. "Ini stroke yang paling parah, serangan ini paling banyak menyebabkan cacat, dan kadang yang paling mungkin dicegah." tambah Leyden.

Menurut Yayasan Stroke Nasional Australia, stroke merupakan penyebab kematian kedua, dan setiap tahunnya secara ekonomi menimbulkan kerugian sekitar 50 miliar dolar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com