Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/07/2013, 16:00 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Seperti orang kalap, Nek membabat habis santapan di meja makan. Juha dan Kokom yang melihat tingkah anaknya itu cuma mesem saja. Sebab, perkara 'mengumbar nafsu' makan seperti yang kini dilakukan oleh Nek juga pernah dilakukan oleh mereka saat masih anak-anak.

"Biarin aja, biar dia bisa belajar dari pengalaman," bisik Juha kepada Kokom.
"Kasihan dong Bang, ntar perutnya sakit."
"Percuma juga diingetin, ntar malah kita yang dianggap pelit."

Akhirnya sepasang suami-isteri itu pun sepakat membiarkan anak lanangnya menyapu makanan buka puasa di meja.

"Ayo tambah lagi, Nek," ujar Juha, seperti mendukung.

Nek cuma tersenyum.

"Ayo, jangan sungkan-sungkan. Kolak dan bakso di panci masih ada kok, Nek," tambah Mama Kokom.
"Korma, kismis, buah tin, juga masih ada tuh," sambung Juha.
"ikan tongkol masakan mami juga masih banyak tuh di panci," Kokom menimpali.
"Udah cukup Ma," sahut Nek sambil nyengir kecut.
"Kenapa?" tanya Kokom dan Juha hampir berbarengan seraya menahan senyum.
"Perut sakit..." Nek meringis.
"Abang sih, kasihan kan si Nek sampe meringis kesakitan gitu..." bisik Kokom.
"Sini papa obatin," kata Juha seraya mengambil centong nasi.
"Apaan sih papa, tahayul tau..." ujar Kokom.
"Dulu waktu papa seusia kamu, kakekmu juga mengobati perut papa yang kekenyangan dengan centong. Gak percaya, sini deh. Gak bayar ini..."

Juha langsung menggaruk perut anaknya dengan centong seperti menciduk nasi dari bakul. Sambil menggaruki perut Nek, Juha pun bicara lembut kepada anaknya. Juha bilang, apa yang dilakukan oleh Nek adalah kewajaran seorang anak yang masih mengandalkan nafsunya ketimbang pikiran dan hatinya.

"Seolah-olah nggak ada lagi hari esok, makanya semua disikat. Sekarang kamu sudah tahu, bahwa kelewat kenyang juga nggak enak. Padahal waktu kamu makan secukupnya tadi, pasti kamu merasakan nikmatnya bakso, nikmatnya kolak, nikmatnya seteguk teh hangat.."
"Iya, Pah.."
"Apa yang kamu lakukan tadi adalah bentuk keserakahan. Tahu kamu arti serakah? Serakah itu selalu hendak memiliki lebih dari yg dimiliki."

Nekara diam, perutnya masih bergolak. Juha masih setia menggaruk perut Nek dengan centong, sementara Kokom mencuci perkakas masak.

"Assalamu'alaikum," suara seseorang yang sudah dihafal seisi rumah mengejutkan lamunan anak beranak yang sedang asyik dengan pikirannya masing-masing.
"Om Don," pekik Nek.
"Masuk, pintu nggak dikunci," agak keras suara Juha mempersilakan Don masuk.
"Mau numpang buka ah..." ujar Don langsung mengambil gelas dan menuanginya dengan air teh hangat dari teko.
"Langsung makan aja Don. Kom, tolong ambilkan lagi nasi dan lauk pauknya buat makan Don."
"Gak usah repot-repot, Pok. Seadanya aja," sahut Don demi melihat istreri kawannya itu menyiapkan santapan buat dirinya.

"Kenapa kamu Nek? Hahaha... Lagi dikuras ya isinya," kata Don sambil tangan kanannya mengambil nasi dan lauk pauk.
"Emang bahaya ya Om kalau kekenyangan gini?" tanya Nek.
"Semua yang berlebihan itu berbahaya bagi kehidupan. Berlebihan kerja, berlebihan makan, berlebihan nyari duit, semua membahayakan. Termasuk kekenyangan saat buka puasa, itu juga membahayakan," tutur Don.

Kawan Juha itu pun mencontohkan, belum lama ini sekira 15 orang dilarikan ke rumah sakit Al Ahli Hospital, Wadi Al Sail, Qatar, gara-gara terlalu banyak makan pada hari pertama puasa. Seolah ingin balas dendam tak makan pada siang harinya, mereka melahap makanan sebanyak-banyaknya saat buka puasa.

"Sebagian besar yang masuk ruang UGD adalah yang terserang radang lambung," imbuh Don. "Moga-moga kamu bisa memetik pelajaran dari peristiwa hari ini ya Nek," timpal Juha.
"Iya, Pah. Nek gak lagi-lagi deh."
"Manusia butuh makanan untuk hidup. Tapi, hidup bukanlah hanya untuk makan. Makan berlebihan hingga kekenyangan, bukan hanya buruk bagi kesehatan tapi juga rentan penyakit," Don menasihati.
"Kamu tahu Nek, kenapa manusia itu serakah?" tanya Don.
Nekara menggeleng.
"Keserakahan timbul akibat rasa takut kehilangan sesuatu yang dimilikinya dan kecintaan terhadap dunia yang berlebihan. Apa yang ada di dalam pikiranmu saat menambahi terus piringmu dengan makanan tadi?"
"Nek udah ngincer dari siang Om, Nek janji dalam hati...kalau buka puasa Nek mau babat habis semua makanan."
"Ketahuilah Nek, kebanyakan kita telah menjadi hamba perut yang hidupnya seakan hanya untuk makan dan mencari kesenangan. Asal kamu tahu Nek, perut adalah sumber penyakit dan malapetaka," kata Don sambil terus menyantap makanan di piring.

"Orang yang cukup adalah orang yang keinginannya sesuai dengan kebutuhannya, dan orang yang Serakah adalah orang yang keinginannya jauh lebih besar dari kebutuhannya," sambil bicara, Don tak lupa terus menyuapkan nasi ke mulutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com