Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/08/2013, 11:05 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com - Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi tak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak juga bisa mengalaminya. Jumlah penderita di kalangan anak-anak juga semakin meningkat dari hanya sekitar 1-3 persen menjadi 10 persen dari total populasi.

Menurut dokter spesialis anak, Sudung O. Pardede, hipertensi pada anak tidak memiliki gejala khas. Padahal hipertensi yang tidak mendapat penanganan tepat, akan terbawa sampai usia dewasa.

"Hipertensi pada anak bukan penyakit yang mudah dideteksi. Terkadang tenaga medis tidak tahu apakah anak tersebut mengalami hipertensi," kata dokter dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia- Rumah Sakit CiptoMangunkusumo (FKUI-RSCM) itu.

Tekanan darah yang tinggi tidak lantas menunjukkan anak mengalami hipertensi. Hal itu bergantung pada jenis kelamin, tinggi tubuh, berat badan yang kemudian dicocokkan dengan tabel yang dikeluarkan Report of the National Heart, Lung and Blood Institute's Task Force on Blood Pressure Control in Children.

"Hal inilah yang menyulitkan pemeriksaan hipertensi pada anak. Apalagi bila petugas kesehatan tidak aware," kata Sudung.

Hipertensi ringan atau sedang umumnya tidak menimbulkan gejala. Gejala berat seperti  sakit kepala, pusing, nyeri perut, muntah, anoreksia, gelisah, berat badan turun, keringat berlebihan, muncul saat hipertensi pada anak berkembang lebih lanjut.

Hipertensi pada anak juga tidak dapat diobati begitu saja, karena mayoritas merupakan hipertensi sekunder. Maksudnya, hipertensi muncul sebagai akibat penyakit lain.

"Sekitar 80 sampai 90 kasus hipertensi sekunder pada anak dikarenakan penyakit ginjal. Oleh karena itu, bila sudah ketahuan hipertensi, hal pertama yang harus diketahui adalah kondisi ginjalnya," kata Sudung.

Penyakit ginjal yang menyebakan hipertensi antara lain hipervolemia. Keadaan ini adalah saat individu mengalami atau berisiko kelebihan cairan intraseluler. Hal ini terjadi akibat penahanan air dan natrium yang menyebabkan tekanan jantung meningkat. Sebab lain adalah berkurangnya zat vasolidator, yaitu zat yang berperan memperlebar pembuluh darah.

Gangguan ginjal ditandai dengan kencing yang memerah, demam, bahkan ada yang kejang. "Bila sudah diketahui penyakit asalnya dan segera diobati, maka hipertensi bisa disembuhkan," kata Sudung.

Berbagai penyakit lain yang merangsang munculnya hipertensi antara lain gangguan pada saraf pusat, jantung dan pembuluh darah, serta endokrin. Semakin muda usia anak, maka kemungkinan menderita penyakit lain selain hipertensi semakin besar.

Kasus hipertensi bisa lekas diketahui bila orangtua rutin memeriksa tekanan darah anak. Hal lain yang dapat dilakukan adalah menjaga berat badan ideal dan waspada apabila anak kerap mengalami sakit perut, sakit pinggang berulang, atau sakit saat buang air kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com