Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/08/2013, 15:28 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber FOXNews

KOMPAS.com — Konsumsi gula tambahan diketahui memberikan efek buruk bagi kesehatan. Sebuah studi memberikan bukti terbaru bahaya gula tambahan. Menurut studi tersebut, gula tambahan memberikan efek toksik, bahkan saat dimakan dalam batasan yang masih direkomendasikan.

Baru-baru ini, National Research Council merekomendasikan agar gula tambahan dikonsumsi tidak lebih 25 persen dari total kalori sehari-hari. Namun, studi yang dipublikasi dalam jurnal Nature Communication menemukan, jumlah yang direkomendasikan pun tetap memberikan reaksi racun di dalam tubuh.

Para peneliti melakukan percobaan pada dua kelompok tikus selama 26 minggu. Kelompok pertama diberi makanan yang dicampur dengan gula tambahan sebanyak 25 persennya, sedangkan kelompok lainnya tidak. Kedua kelompok mengonsumsi makanan dengan jumlah kalori yang relatif sama setiap harinya.

Kemudian, para peneliti melepaskan tikus-tikus tadi ke kandang yang sudah diatur menyerupai lingkungan hidup tikus yang sebenarnya. Tikus diamati selama 32 minggu atau lebih.

Selama batas waktu ini, para peneliti menggunakan teknologi microchip untuk membandingkan tikus kelompok gula dan tikus kelompok kontrol. Mereka membandingkan daya reproduksi dan kemampuan menguasai wilayah pada tikus.

Secara keseluruhan, kematian tikus betina kelompok gula hampir dua kali dari jumlah kematian pada tikus kelompok kontrol selama 32 minggu. Dan tikus jantan kelompok gula menghasilkan keturunan yang lebih sedikit dibanding tikus kelompok kontrol. Mereka juga menguasai tempat 26 persen lebih sedikit.

Para peneliti mengatakan, secara fisik kedua kelompok tikus tidak mengalami perbedaan. Bahkan hasil pengukuran untuk obesitas, kadar insulin, glukosa, dan trigliserida juga tak jauh berbeda. Hanya ada perbedaan yang cukup signifikan di antara keduanya, yaitu kadar kolesterol dan kemampuan untuk mengurangi kadar gula dalam darah.

Penulis studi James Ruff dari University of Utah mengatakan, studi masih dilakukan pada tikus sehingga masih banyak pihak mempertanyakan validasinya pada manusia. "Kami ingin memberikan sesuatu yang relevan pada kesehatan manusia," ujarnya.

Wayne Potts, peneliti lainnya yang juga profesor biologi di universitas yang sama, mengatakan, sedikit penurunan kualitas kesehatan pada manusia sering kali sulit terdeteksi. Selain itu, percobaan dalam metode yang sama pada manusia pun dirasa sulit untuk dilakukan, mengingat  jangka hidup mereka yang lebih panjang dari tikus.

"Meskipun demikian, studi ini menekankan pada bahaya gula tambahan. Jika gula tambahan bisa memberikan efek racun pada tikus, apakah orang mau efek yang sama terjadi pada tubuhnya?" pungkas Potts.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com