Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2013, 23:08 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com — Banyak penderita gagal ginjal, jantung, diabetes, stroke, parkinson yang penyembuhannya kini terbantu dengan terapi stem cells atau terapi sel punca. Bukan hanya penyakit degeneratif, terapi sel punca juga dapat menyembuhkan masalah kulit seperti jerawat, luka bakar, hingga masalah penuaan. Terapi sel punca juga ampuh mengatasi kebotakan.

Terapi ini merupakan teknologi kedokteran terkini yang berfungsi meregenerasi sel dalam tubuh sehingga dapat memulihkan dan menumbuhkan kembali jaringan yang rusak.

Lewat dua pilihan prosedur terapi, yakni injeksi dan topikal, sel punca yang bersumber dari manusia dan diproses di laboratorium ini akan masuk ke tubuh pasien. Implan atau penanaman sel punca ke tubuh pasien ini dilakukan bila sel punca hasil pemrosesan di laboratorium sudah berkembang (progenitor cell) atau berdeferensiasi menjadi sel yang diharapkan. Kemudian, sel punca yang ditanamkan di tubuh pasien ini akan berkembang dan berkoneksi dengan sel tubuh untuk melakukan perbaikan sistem dan regenerasi sel.

"Dengan rekayasa biologi, sel punca dapat mengubah sel tubuh lain, tulang yang rusak, kulit hancur, menjadi normal kembali, di samping sel akan terus memperbaiki diri," ungkap ahli terapi sel punca, dr Indah Julianto, dalam launching terobosan baru sel punca di Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya, Jakarta, Sabtu (21/9/2013).

Sumber sel punca
Terapi yang dipraktikkan dr Indah menggunakan sumber sel punca dari manusia, utamanya darah dari tali pusat dan jelly wharton tali pusat. Menurut dr Indah, sel punca yang bersumber dari bayi memiliki kualitas terbaik. Dalam mengaplikasikan terapi, ia juga menggunakan sumber sel punca dari plasenta, bukan embrio.

"Sel immature tidak kenal virus atau kuman. Tali pusat tidak pernah terinfeksi virus," ungkapnya.

Dr Indah menjelaskan, sel punca bersumber dari plasenta merupakan satu dari sekitar 8-10 sumber human stem cells yang telah teruji klinis melalui penelitian di laboratorium. Selain plasenta, sumber stem cells manusia lainnya berasal dari lemak, rambut, kulit, arteri, vena, dan lainnya.

Human stem cells, jelasnya, memiliki 8.000 kali kekuatan antibiotiknya dan anti-inflamasi. "Stem cells itu miracle. Tidak ada efek samping karena bukan obat dan bukan bahan kimia," jelas dr Indah.

Untuk mendapatkan manfaat optimal dari terapi stem cells, kualitas stem cells perlu diperhatikan. Menurut dr Indah, tipe stem cells dari tali pusat hanya bisa bertahan 36 jam. Sementara sel punca yang berasal dari jeli wharton tali pusat setelah 48 jam tidak bisa berfungsi.

"Setiap 30 menit, kemampuan sel menurun satu persen," ungkapnya.

Menggunakan sel punca yang pasokannya tersedia di UNS Solo, terapi stem cells akan memakan waktu yang tak bisa dipukul rata.

Durasi terapi ini bergantung penyakit yang diderita. Pada pasien yang mengalami masalah pada pertumbuhan rambut, dalam waktu empat bulan setelah terapi, rambut di kepala mulai tumbuh lebat. Dr Indah menggunakan prosedur injeksi dan topikal untuk mengatasi masalah ini. Sementara untuk mengatasi jerawat, terapi ini cukup dilakukan selama satu bulan dan secara topikal.

Namun, memang, untuk penyakit tertentu, terapi stem cells bisa memakan waktu lebih lama. Dr Indah menyebutkan, penderita gagal ginjal membutuhkan waktu paling lama untuk menjalani terapi ini.

"Butuh sekitar 18 kali injeksi untuk penyakit gagal ginjal," ungkapnya.

Penyakit lain yang berpotensi membaik dengan terapi sel punca di antaranya autisme, lupus, epilepsi, penyakit gangguan darah (hematopatology), autoimun, multiple sclerosis, alzheimer, dan sejumlah penyakit lainnya.

Jenis penyakit yang memengaruhi jumlah penggunaan sel punca (suntik/topikal) akan menentukan berapa biaya yang dibutuhkan selama terapi. Per 1 cc sel punca biayanya mencapai Rp 3 juta. Sekali suntik biayanya sekitar Rp  6 juta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com