Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/09/2013, 18:41 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis

KOMPAS.com - Isu kesehatan paling sederhana seperti kebiasaan memelihara kebersihan lingkungan, perilaku hidup bersih sehat termasuk kebiasaan cuci tangan, juga memilih jajanan sehat di kalangan anak-anak masih menjadi perhatian berbagai kalangan dalam mendukung program pemerintah Dokter Kecil. Tak terkecuali Ikatan Dokter Indonesia atau IDI, yang kembali menggelar Dokter Kecil Award 2013.

Sejak kemunculannya pada 2008, Dokter Kecil Award ini menelorkan duta kesehatan kalangan anak-anak, utamanya siswa Sekolah Dasar kelas tiga hingga kelas lima. Lima tahun berjalan, Dokter Kecil rupanya berhasil meningkatkan kesadaran hidup sehat di kalangan anak-anak.

Panitia pengarah Dokter Kecil Award, dr Adib Khumaidi, SpOT mengatakan peningkatan signifikan terjadi terkait dua isu utama, yakni kebersihan lingkungan dan jajanan sehat.

"Kami menerima laporan dari IDI wilayah, melalui para duta ini terjadi peningkatan kesehatan lingkungan sekolah. Warung sekolah juga kentara peningkatannya, terkait jajanan sehat," ungkap Adib yang menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi IDI, seusai jumpa pers di Jakarta, Senin (30/9/2013).

Menurut Adib, seusai mengikuti Dokter Kecil Award, anak-anak terpilih dari perwakilan IDI di berbagai provinsi dikembalikan kepada sekolah masing-masing untuk pembinaan lanjutan. Anak-anak yang mengikuti kegiatan nasional Dokter Kecil Award ini kemudian menjadi konsekuensi sekolah.

"Setelah anak-anak ini menjadi peserta, ada konsekuensinya. Terutama konsekuensi sekolah. Harapannya, ke depan akan ada follow up dari IDI sendiri mengenai aktivitas duta ini di daerahnya masing-masing. Duta-duta diharapkan akan selalu berkomunikasi, dan mulai tahun ini akan ada jejaringnya," terangnya.

Dokter Kecil punya peran penting dalam meningkatkan upaya menciptakan generasi sehat. Lewat anak-anak yang terlatih dan berbekal pengetahuan ini, pesan kesehatan lebih mudah tersampaikan dengan baik kepada teman-teman sebayanya.

"Perlu ada duta, sebagai orang awam terlatih untuk level SD," tambahnya. Pasalnya, ia melanjutkan, banyak kasus sederhana yang terjadi di sekolah, misalnya perawatan luka yang baik. Dengan adanya Dokter Kecil, anak-anak setidaknya bisa menolong dirinya sendiri dan harapannya bisa menularkan keterampilan dan menyebar pengetahuannya kepada anak-anak sebayanya, dimulai dari sekolah.

Isu semacam inilah yang juga disampaikan kepada peserta Dokter Kecil Award pada masa karantina. Selain pengetahuan lain terkait P3K yang terdapat dalam materi tanggap bencana, palang merah. Pengembangan materi lain juga muncul di pelaksanaan program Dokter Kecil garapan IDI tahun ini. Di antaranya pengetahuan tentang gizi yang didalamnya juga bicara mengenai keracunan, serta imunisasi.

Tujuan dari penyampaian materi ini adalah untuk memberikan pendidikan sejak dini. Agar anak-anak bisa lebih tanggap terhadap risiko bencana yang terjadi di sekitarnya.

Dr Zaenal Abidin, MH, Ketua Umum IDI mengatakan meski mendapatkan banyak materi, anak-anak tidak lantas dilatih untuk memiliki kemampuan menolong korban bencana. Pelatihan dan pengayaan materi ini lebih pada tahap pengenalan bencana dan penyakit.

"Paling tidak, anak-anak bisa menolong diri sendiri, bisa menyelamatkan diri, dan tahu harus berbuat apa kalau mau diselamatkan saat terjadi bencana," ungkapnya.

Anak terpilih
Untuk mengikuti karantina nasional Dokter Kecil 2013 dari IDI, 45 siswa SD dari 22 provinsi, harus melewati tahapan seleksi. Bukan cuma kecerdasan yang menjadi kriteria penyeleksian awal di tingkat wilayah. Kemampuan komunikasi, psikomotorik juga turut diperhitungkan.

"Pada tahap seleksi wilayah, mereka diuji pengetahuan, keterampilan, dan komunikasi," ungkap dr Soripada Mulia, Ketua Panitia Dokter Kecil Award.

Penilaian ini juga, kata Mulia, yang akan dilakukan di tingkat nasional. Sehingga usai masa karantina pada 3-5 Oktober 2013 di Jakarta, calon peraih gelar Dokter Kecil siap terjun menjadi role model, terutama di sekolahnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com