Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2013, 15:19 WIB
Wardah Fazriyati

Penulis


KOMPAS.com
- Tak perlu diragukan lagi, pemberian Air Susu Ibu menjadi cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak dari sejak lahir hingga usia satu tahun. Namun pada periode tertentu, yang akan berbeda waktunya pada setiap ibu, perlahan produksi ASI mulai berkurang.

Pada kondisi-kondisi tertentu, tak semua anak juga bisa mendapatkan sumber nutrisi terbaik ini dalam jumlah cukup. Padahal, setiap anak membutuhkan asupan makanan yang baik dan seimbang dalam mendukung tumbuh kembangnya untuk  jangka panjang.

Pada akhirnya, orangtua pun dihadapkan pada pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan gizi si kecil. Salah satu pilihannya adalah mengonsumsi susu formula (sufor) bagi bayi usia di bawah enam bulan yang dilanjutkan dengan susu pertumbuhan.

Prof dr Hendrik Jan Verkade, ahli Gastroenterologi Pediatri & Hepatologi dari Unversity Medical Center of Groningen Belanda, menyatakan, hingga saat ini belum ada susu yang memiliki kandungan gizi mendekati kekayaan nutrisi pada ASI. Ia mengakui, menemukan susu yang menyerupai ASI memang sulit, terutama terkait penyerapannya yang cepat dan baik di pencernaan anak.

"Belum ada penelitian mengenai susu formula yang menyerupai ASI," ungkap Verkade saat jumpa pers peluncuran produk susu premium di sela Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Dokter Anak Indonesia (PIT IDAI), di Solo, Senin (7/10/2013).

ASI, paparnya, lebih cepat dicerna dan mudah membuat bayi merasa kenyang. Ini tak didapati pada sufor. Namun, ia juga mengungkapkan, ASI juga punya kekurangan karena tidak adanya kandungan vitamin K yang juga dibutuhkan anak. Vitamin K ini bisa didapatkan dari sumber lain, termasuk dari susu yang ditambahkan zat-zat tertentu.

Terkait penyerapan gizi dan pencernaan bayi yang mengonsumsi susu formula, Verkade masih menjalankan penelitiannya hingga saat ini.  Menurut dia, pemenuhan kebutuhan gizi yang ideal bagi anak adalah sebuah tantangan dalam mendukung tumbuh kembang  mereka untuk jangka panjang.

Tantangan lain dalam pemenuhan gizi anak-anak, menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Gastroenterologi & Hepatologi IDAI, Prof Dr Mohammad Juffrie, PhD, SpAK, adalah masih kurangnya kesadaran orangtua untuk memberikan susu sebagai pelengkap makanan. Ia mengatakan anak di atas satu tahun, selain mengonsumsi makanan pokok yang sama seperti orangtua, mereka juga butuh susu pertumbuhan sebagai pelengkap.

Ia menyarankan, anak sebaiknya tidak berhenti minum susu.  Saat ini, banyak anak yang pertumbuhannya tidak optimal, salah satunya karena asupan susu yang terhenti.

"WHO menganjurkan, ASI wajib hingga enam bulan. Kecuali ASI tidak tersedia, tidak diproduksi, anak sakit tidak bisa menelan ASI, untuk kondisi semacam ini pilihannya, anak harus mengonsumsi susu lain seperti susu formula. Susu formula hanya untuk bayi yang tidak beruntung mendapatkan ASI. Selepas ASI, anak juga masih butuh susu untuk tumbuh kembangnya," ungkapnya.

Juffrie yang menjabat sebagai Dosen Universitas Gajah Mada yang juga Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran UGM menambahkan, angka malnutrisi anak Indonesia masih tinggi.

"Hampir 30 persen anak Indonesia mengalami malnutrisi, anak pendek jumlahnya 35 persen. Ini terjadi karena sejak lahir sampai masa prasekolah, kebutuhan nutrisi belum terpenuhi secara kuantitas maupun kualitas. Padahal anak butuh nutrisi untuk pertumbuhan optimal," terangnya.

Memberikan nutrisi terbaik faktanya masih menjadi tantangan bagi banyak orangtua. Riset di berbagai negara yang dilakukan FrieslandCampina menemukan, orangtua terutama ibu memiliki persoalan spesifik mengenai keinginan memberikan terbaik bagi anak. Riset juga menemukan, anak di atas satu tahun rata-rata tidak mendapatkan asupan susu sebagai makanan pelengkap saat anak mulai makan makanan pokok.

Untuk kondisi di Indonesia, juga ditemukan hal serupa. Setelah melakukan riset selama 5-7 tahun, FrieslandCampina menghadirkan produk susu super premium di Jakarta sebagai tahap awalnya.

"Produk susu super premium sudah banyak di Indonesia. Perlu ada diferensiasi di Indonesia. Seperti susu formula yang masih diimpor dari Belanda ini, diproses dengan temperatur rendah agar nutrisi tidak hilang. Ini menjadi solusi dari berbagai macam keluhan yang kami temukan dalam riset," kata Hendro H Poedjono, Director Public Affairs and Regulatory Affairs FrieslandCampina AMEA Pte Ltd.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com