Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/10/2013, 08:09 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com — Tidur nyenyak dan berkualitas punya arti penting bagi kesehatan. Semua orang ingin terlelap pada malam hari supaya bisa terbangun pagi hari dalam keadaan prima. Namun, apa jadinya bila dalam tidur, tubuh seketika tidak bisa bergerak ditambah adanya suara dan penglihatan wujud yang mustahil ada? Keadaan semakin aneh karena pada saat itu seseorang berada antara sadar dan tidak.

Kejadian yang disebut ketindihan ini kerap dihubungkan dengan adanya makhluk halus atau kejadian mistis yang ada di lingkungan sekitar. Meski merupakan kejadian yang tidak asing, ketindihan yang juga disebut sleep paralysis ini tidak berhubungan sama sekali dengan hal berbau mistis. 

Ketindihan semata merupakan tanggapan tubuh atas kurangnya jam tidur yang dimiliki sehingga tubuh merasa sangat lelah. "Sleep paralysis menyebabkan tubuh berada antara sadar dan tidak. Dalam keadaan ini sangat mungkin seseorang melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada," kata spesialis tidur, dr Andreas Prasadja, RPSGT, kepada Kompas Health, Rabu (10/9/2013). 

Lebih lanjut, Andreas menjelaskan bahwa siklus tidur terdiri atas ringan, sedang, dalam, hingga bermimpi. Mimpi merupakan tanda tubuh memasuki siklus tidur rapid eye movement (REM) yang ditandai gerakan mata yang cepat.

Pada saat tidur REM, tubuh sudah dalam keadaan sangat rileks. Dalam keadaan ini seseorang sudah sangat sulit menggerakkan tubuh atau menarik napas dalam yang membutuhkan otot ekstra. Tubuh yang sudah sangat rileks ternyata tidak dibarengi pikiran yang belum sepenuhnya masuk ke alam mimpi. Akibatnya dalam sleep paralysis, seseorang berhalusinasi melihat atau mendengar sesuatu yang sebetulnya tidak ada.

Dalam keadaan belum sepenuhnya tertidur, tetapi tidak mampu meggerakkan tubuh atau bernapas, tentu menimbulkan kekhawatiran. Ditambah halusinasi suatu sosok atau suara, maka jadilah fenomena ketindihan yang banyak dikenal masyarakat.

"Kekurangan tidur, apalagi yang ekstrem, menyebabkan tubuh tidak bisa menyeimbangkan diri sehingga terjadi yang disebut ketindihan. Kejadian ini bisa menimpa laki-laki atau perempuan tanpa pandang usia, selama mengalami kekurangan tidur," kata Andreas.

Untuk mencegah terjadinya sleep paralysis, Andreas menyarankan untuk mencukupi jam tidur. Kecukupan jam tidur menyebabkan tubuh memiliki cukup waktu untuk istirahat dan mengganti sel yang rusak. Tidur lebih kurang 8 jam per hari juga baik untuk kemampuan konsentrasi dan ketenangan emosi saat pagi hari.

Jangan menyetir

Sleep paralysis merupakan tanda tubuh kekurangan jam tidur. Kurangnya jam istirahat menyebabkan tubuh tidak bisa berkonsentrasi atau menampilkan kinerja maksimal. 

"Dalam keadaan ini, jangan pernah menyetir. Menyetir dalam keadaan ngantuk rawan terjadi kecelakaan. Lebih baik istirahat sebentar sebelum melanjutkan kerja atau menyetir," kata Andreas.

Bila sleep paralysis terus terjadi, Andreas menyarankan untuk segera berkonsultasi ke dokter terkait. Hal ini untuk menanggulangi adanya gangguan tidur yang lebih serius, semisal narcolepsy atau sleep apnea.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com