Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/10/2013, 11:10 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *

Penulis

Sumber Kompasiana

KOMPAS.com — Pernah kurang tidur? Apa yang Anda rasakan? Sakit kepala, sulit berkonsentrasi, daya ingat menurun, dan semua terasa lamban. Tapi kenapa? Para peneliti mungkin menemukan jawabannya.

Manfaat tidur

Para ahli sejak lama kesulitan menentukan manfaat tidur. Jika ditanya tentang manfaat tidur, maka para ahli tersebut akan menjawab tidak tahu. Mereka hanya tahu akibatnya jika kita kekurangan tidur. Itu karena selama ini, segala penelitian di bidang tidur memang tak bisa secara langsung meneliti manfaat tidur. Satu-satunya cara meneliti adalah dengan melihat efeknya pada seseorang jika tidurnya dikurangi.

Ketika kekurangan tidur atau menderita penyakit tidur, seseorang mengalami penurunan fungsi-fungsi otak. Selain itu, terjadi perubahan-perubahan hormonal yang pada akhirnya akan mengganggu fungsi-fungsi organ tubuh hingga berakibat pada berbagai penyakit.

Para ahli telah menunjuk penurunan daya tahan tubuh, peningkatan tekanan darah, penurunan fungsi jantung, gangguan metabolisme, hingga yang paling mudah dilihat adalah penurunan kualitas kulit.

Dalam perkembangan selanjutnya, beberapa penyakit penurunan fungsi saraf juga dicurigai turut diperburuk oleh kekurangan tidur atau penyakit tidur. Sebut saja alzheimer, demensia, atau penyakit parkinson.

Sistem glymphatic

Jurnal Science menerbitkan sebuah penelitian yang mungkin memberikan sedikit pencerahan tentang manfaat tidur secara langsung. Penelitian ini menyebutkan bahwa tidur berfungsi sebagai detoks dari bahan-bahan sisa tak terpakai otak.

Tubuh kita memiliki sebuah sistem untuk membuang sisa-sisa pembakaran tubuh yang tak terpakai. Sistem memiliki punya fungsi ini. Namun, otak tak memiliki sistem limfatik. Otak memiliki sistemnya sendiri. Blood brain barrier misalnya, ia berfungsi sebagai semacam penyaring bahan-bahan apa saja yang bisa masuk atau keluar dari otak.

Para ahli menyebutkan sebuah sistem pada otak yang disebut sebagai sistem glymphatic, yang diambil dari nama sel-sel glial dan sistem limfatik. Sel-sel glial juga telah diketahui berperan dalam proses pembuangan zat-zat tak terpakai.

Sistem glymphatic ini diketahui sebagai sistem yang membuang amiloid beta, sebuah metabolit yang dipercaya oleh para ahli berperan dalam berkembangnya penyakit Alzheimer.

Tidurlah untuk buang racun

Teorinya, selama terjaga, otak bekerja keras seolah membutuhkan pembakaran. Sisa pembakaran ini menghasilkan sampah tak terpakai. Sampah-sampah ini harus dibuang agar tak menumpuk dan meracuni otak. Nah, tidur berperan untuk mendetoks otak dari zat-zat racun ini.

Para ahli ingin melihat bagaimana kerja sistem pembuangan ini. Untuk itu mereka menyuntikkan zat pewarna pada cairan otak tikus. Pertama dengan pewarna hijau, lalu tikus-tikus ini dirangsang untuk tertidur. Setelah tidur selama setengah jam, tikus-tikus ini disuntikkan kembali dengan pewarna berwarna merah.

Dengan membandingkan aliran cairan otak berwarna ini, para ahli dapat menentukan bagaimana cairan bergerak dalam otak. Didapati bahwa celah di antara sel saat terjaga hanyalah 5 persen dibanding saat tidur. Dengan demikian disimpulkan bahwa, saat tidur, cairan otak mengalir lebih deras.

Dibanding dengan volume otak, celah antar-sel saat terjaga adalah 13-15 persen. Adapun saat tidur, celah ini melebar 22-24 persen volume otak. Sayang, para peneliti belum mengetahui bagaimana celah ini bisa melebar. Kemungkinan karena sel-sel yang mengerut saat tidur.

Penyakit-penyakit neuro-degeneratif

Penyakit alzheimer dan beberapa penyakit akibat penurunan fungsi saraf lainnya diduga disebabkan oleh kurangnya tidur serta penumpukan zat-zat sisa di otak. Entah karena produksi metabolit-metabolit merugikan yang berlebihan atau karena gagalnya sistem pembuangan zat tersebut, tetapi kekurangan tidur sendiri sudah dipastikan akan menurunkan fungsi-fungsi saraf.

Semua faktor ini jelas akan merusak neuron-neuron saraf yang akhirnya mengakibatkan demensia atau kepikunan.

Tentu seperti penelitian-penelitian terobosan lainnya, penelitian ini memunculkan lebih banyak pertanyaan. Semoga saja penelitian-penelitian selanjutnya lebih memberi pencerahan tentang hubungan tidur dan penyakit-penyakit neuro-degeneratif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com