Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/10/2013, 10:45 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber NBC News

KOMPAS.com — Hampir 600 hewan peliharaan dilaporkan mati dan lebih dari 3.600 hewan lainnya masih sakit hingga Selasa (22/10/2013) waktu Amerika Serikat. Pengawas kesehatan hewan AS belum dapat memastikan penyebab kematian tersebut, tetapi menduga kasus tersebut terkait dengan makanan hewan asal China.

Kasus terbanyak terjadi pada anjing semua keturunan, usia, dan ukuran. Selain itu, kasus juga terjadi pada 10 kucing. Sakitnya hewan-hewan tersebut dimulai setelah mereka mengonsumsi makanan hewan dengan komposisi ayam, bebek, dan ubi.

Laju kasus tersebut dilaporkan sudah melambat. Namun, pengawas makanan dan obat AS (FDA) kini masih mencari bantuan ekstra dari dokter hewan dan pemilik hewan untuk memecahkan misteri tersebut.

"Hingga kini, pemeriksaan kontaminan (zat yang tidak pada tempatnya) dalam makanan hewan masih belum menunjukkan penyebab penyakit. Karena itu, kami masih melakukan penyidikan terhadap laporan penyakit ini pada anjing ataupun kucing," kata Martine Hartogensis, deputi direktur bagian kedokteran hewan FDA.

Jumlah kematian bertambah sejak 500 kematian dan 3.200 kasus penyakit dilaporkan pada Januari, tetapi lajunya menurun tajam. Diperkirakan, hal itu terjadi lantaran pencabutan izin edar dua produk yang dinyatakan mengandung antibiotik terlarang.

Sebelumnya, FDA tidak mengira residu antibiotik merupakan masalah besar. Namun nyatanya, sejak tahun 2007, para pemilik hewan mulai melaporkan kasus penyakit pencernaan dan ginjal yang dialami hewan peliharaan mereka setelah mengonsumsi sejumlah produk makanan hewan.

Faktanya, FDA masih belum yakin dengan sumber permasalahan yang memicu sejumlah laporan penyakit setelah mengonsumsi makanan hewan dari China. "Kami masih melakukan sejumlah pemeriksaan terhadap makanan tersebut," kata Hartogensis.

Kendal Harr, dokter hewan bagian patologis klinis, mengatakan, tidak ada kandungan spesifik yang menyebabkan penyakit dalam makanan hewan tersebut. "Sepertinya ada kandungan yang tidak dianggap racun, tetapi ternyata bersifat racun, meski belum diketahui apa," ujarnya.

Langkah FDA selanjutnya adalah mengirimkan surat terbuka bagi dokter hewan untuk melacak dan mengirimkan informasi detail tentang hewan yang sakit karena makanan hewan, termasuk hasil pemeriksaan darah dan urine. Hal itu semata untuk mengungkap penyebab sebenarnya dari penyakit tersebut.

Hartogensis mengatakan, jika FDA tidak dapat menemukan kandungan yang terbukti berbahaya dari produk, maka mereka tidak berwenang melakukan pencabutan izin edar. Karena itu, dia hanya memperingatkan agar pemilik hewan lebih waspadai lagi dalam memilih makanan hewan dan perubahan kesehatan yang terjadi pada hewan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com