Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Septicaemia, Penyakit "Langka" Perenggut Nyawa

Kompas.com - 12/11/2013, 09:05 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Belum lama ini, diberitakan sebuah kasus seorang bayi yang mengalami sebuah penyakit langka bernama septicaemia. Adalah Apyasatya Wandalawangi (Arya), anak pasangan Purwanto dan Ade Sri Irmawanti yang harus dirawat sejak 14 September 2013 lalu karena penyakit tersebut.

Sayangnya, perjuangan untuk selama hampir dua bulan itu harus terhenti lantaran Tuhan berkehendak lain. Bayi Arya berpulang Jumat (8/11/2013) lalu di Rumah Sakit Hermina, Jakarta, tempat dia dirawat sejak awal.

Lantas, penyakit apakah septicaemia itu? Apa saja faktor risikonya dan benarkah penyakit tersebut pasti menyebabkan kematian?

Menurut Guru Besar di Divisi Hematologi Onkologi Medik, Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univeritas Indonesia/Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI/RSCM) Karmel Lidow Tambunan, septicaemia sebenarnya merupakan penyakit infeksi berat karena bakteri yang ditandai adanya peradangan.

Bakteri yang menyebabkan penyakit itu dapat berasal dari banyak jenis, termasuk bakteri gram positif dan negatif. Bahkan, belakangan virus dan jamur pun bisa menjadi penyebab infeksi septicaemia.

KOMPAS.com/Dian Fath Risalah El Anshari Bayi Arya penderita penyakit Septicaemia

Peradangan yang disebabkan septicaemia dapat menyebabkan dissemented intravascular coagulation (DIC) atau koagulasi intravaskular diseminata. Kondisi tersebut menyebabkan gangguan pembekuan darah yang bermanifestasi sebagai penyumbatan pembuluh darah karena trombosis atau pendarahan.

"Uniknya, ada dua hal yang jadi manifestasi dari DIC yang keduanya hampir bertolak belakang. Itu adalah trombosis atau pembekuan darah menuju organ dan pendarahan," jelasnya saat dihubungi Kompas Health, Senin (11/11/2013).

Pembekuan darah, lanjut dia, dapat mengakibatkan kurangnya suplai oksigen dan nutrisi ke dalam organ. Karena itu, kondisi tersebut meningkatkan risiko gagal organ, tergantung pada organ apa terjadinya, bisa di jantung, otak, paru-paru, ginjal, dan organ lainnya. Di sisi lain, DIC juga mengakibatkan pendarahan yang juga berakibat fatal bagi sistem tubuh.

Septicaemia, menurut Karmel, sebenarnya bukan  termasuk penyakit langka. Pasalnya, angka kejadiannya cukup tinggi dan dapat menyerang siapa saja yang rentan mengalami infeksi, misalnya bayi, orang lanjut usia, dan orang dengan penyakit imunitas seperti AIDS.

"Infeksi sangat berhubungan dengan daya tahan tubuh seseorang. Jika daya tahan tubuh rendah, maka rentan terkena infeksi. Dan jika tidak segera ditangani seperti diberi antibiotik, maka infeksi akan semakin buruk dan tibalah di kondisi DIC," tuturnya.

Senada dengan Karmel, spesialis penyakit dalam dari Divisi Tropik - Infeksi FKUI/RSCM Erni Juwita Nelwan mengatakan, septicaemia atau dikenal juga dengan istilah sepsis bukanlah penyakit langka. Apalagi di negara tropis seperti Indonesia yang angka kejadian infeksinya cukup tinggi.

Septicaemia, ujarnya, awalnya terjadi karena adanya infeksi di organ tertentu seperti paru-paru, kulit, kandung kemih dan organ lainnya yang berpenyakit. Misalnya, paru-paru yang terkena pneumonia, bakterinya bisa masuk ke darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Faktor risiko dari septicamia, kata Erni, dibagi menjadi tiga yaitu dari sisi pasien yang meliputi usia, penyakit penyerta, dan gangguan imun. Selain itu, ada pula patogenitas dari bakteri atau virus yang menjadi penginfeksi. Semakin patogen, maka semakin tinggi kemungkinan bakteri atau virus untuk mengakibatkan septicaemia.

Faktor risiko lainnya yaitu lingkungan. Erni menjelaskan, semakin lingkungan dipenuhi bakteri atau virus, maka semakin mudah seseorang untuk terkena infeksi. Ada pula faktor paparan dari lingkungan, misalnya seseorang menggunakan selang untuk kencing atau selang untuk makan, maka cenderung lebih mudah terinfeksi.

Satu hal yang membuat septicaemia sangat berbahaya adalah angka mortalitasnya yang tinggi. Erni mengatakan, tingkat mortalitas penyakit tersebut mencapai 50-80 persen yang berarti dari dua orang yang mengalaminya, satu orang pasti meninggal.

Terkait kasus Arya, menurut Karmel, kemungkinan pendarahan di otak adalah akibat DIC. Sementara, kondisi Arya yang membiru setelah ventilator dilepas bisa jadi karena DIC sudah menyerang paru-parunya dan menyebabkan gagalnya fungsi organ tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com