Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan "Breathalyzer", Diabetesi Tak Perlu Lagi Tusuk Jari

Kompas.com - 14/11/2013, 13:27 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber FOXNews

KOMPAS.com — Para peneliti di Western England University tengah mengembangkan sebuah alat baru bernama "breathalyzer". Alat tersebut memungkinkan suatu hari nanti diabetesi mengontrol gula darah mereka dengan cara yang lebih tidak menyakitkan.

Diabetes merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Di Amerika Serikat saja, menurut pusat pengendalian dan pencegahan penyakit (CDC), diabetes dialami oleh kira-kira 26 juta orang.

Selama ini, pengelolaan diabetes umumnya dilakukan dengan selalu mengontrol kadar gula darah dengan menusuk jarum jari pasien, dan dianalisis dengan alat. Dalam sehari, prosedur tersebut dilakukan beberapa kali. Meskipun tidak terlalu menyakitkan, sering kali prosedur tersebut tetap menyulitkan pasien.

"Cek gula darah dengan tusuk jarum, meskipun termasuk dalam invasif minimal, tetapi tetap saja invasif (menyakitkan)," ujar Ronny Priefer, profesor kimia medis di Western New England University.

Terlebih, kata Priefer, prosedur tusuk jarum perlu dilakukan enam hingga tujuh kali dalam sehari. Menurut dia, hal itu bisa berdampak pada kepatuhan pasien dalam melakukannya. Padahal prosedur tersebut penting dalam hal mengelola penyakit diabetes.

Oleh karenanya, Priefer dan timnya pun melakukan penelitian untuk menemukan metode pengecekan gula darah yang lebih mudah dan tidak menyakitkan. Dengan dasar adanya keterkaitan antara glukosa darah dan kadar aseton dalam napas seseorang, maka mereka mengembangkan alat "breathalyzer" yang menggunakan lembaran yang terdiri dari dua polimer, baik dalam merespons aseton.

Kendati teknologi serupa sedang dikembangkan, tetapi versi Priefer diklaim sebagai yang paling murah dan paling efektif. Khususnya, karena alat tersebut dapat mengimbangi kelembaban napas yang tidak dapat dilakukan alat lainnya.

Ke depannya, Priefer berharap untuk segera melakukan uji klinis alat tersebut pada diabetesi sehingga di tahun 2014 atau 2015 alat tersebut sudah mampu digunakan secara luas.

Priefer menjelaskan, untuk membuat alat tersebut menunjukkan hasil yang akurat, maka pada awal penggunaan, alat harus dikalibrasi dengan sampel darah yang didapat dari tusuk jari. Selain itu, memakan apel atau merokok 10 menit sebelumnya juga bisa memengaruhi pembacaan alat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com