Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baru, "Scan" Kanker Hindari Risiko Radiasi pada Anak

Kompas.com - 25/11/2013, 12:03 WIB
Wardah Fajri

Penulis

Sumber BBC
KOMPAS.com - Anak sebaiknya terlindungi dari paparan radiasi dari penggunaan alat pemindai kesehatan. Pasalnya, anak lebih rentan terhadap paparan radiasi, yang bisa meningkatkan peluang berkembangnya kanker di masa mendatang.

Pada anak dengan kanker hati, pemindaian untuk mendeteksi kerusakan, baik USG maupun CT-Scan dengan paparan radiasi X-ray tak bisa dihindari. Kabar baiknya, anak-anak bisa terhindar dari risiko radiasi yang semestinya memang tak perlu dialami anak-anak.

Penelitian terbaru menunjukkan metode baru pemindaian untuk anak dengan kanker bisa memutus risiko ini. Tim peneliti dari King's College Hospital sedang melakukan uji coba alat pemindai yang mengubah organ menjadi seperti ladang emas. Metode baru ini bertujuan untuk menemukan apakah ada tumor atau tidak. Tim peneliti mempresentasikan penelitian ini di European Journal of Ultrasound.

"Kami mencoba menghentikan paparan radiasi yang tidak perlu terjadi pada anak-anak karena efek jangka panjangnya menunjukkan peningkatan risiko kanker," ungkap Prof Paul Sidhu, konsultan radiologi King's College Hospital.

Scan metode baru ini merupakan versi pengembangan dari USG. Orang dewasa sebenarnya sudah menggunakan metode ini selama beberapa dekade, namun belum pernah digunakan untuk anak-anak.

Metode ini menggunakan zat kimia yang disuntikkan ke lengan, membentuk gelembung mikroskopis sementara. Pada scan USG, zat ini bertindak sebagai agen kontras.

"Ini membuat arteri menyala, kemudian pembuluh darah dan hati secara keseluruhan. Seperti ladang emas,"terang Prof Sidhu.

Jika lesi (kerusakan jaringan) hati jinak, maka bagian itu akan menyala seperti bagian lainnya di hati. Tapi adanya pertumbuhan kanker pada hati akan dengan cepat menyingkirkan agen kontras tersebut.

"Akan terlihat seperti lubang hitam besar. Sangat jelas perbedaannya, seperti siang dan malam,"ungkapnya.

Menurut Sidhu, uji coba pada 44 anak dengan kondisi sakit liver kronis, menunjukkan diagnosa yang akurat.

Sidhu menyimpulkan, "Ini terobosan yang menarik, namun perlu uji coba lebih lanjut yang melibatkan banyak pihak, juga melibatkan ribuan pasien," terangnya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com