Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Tranplantasi di Indonesia Bisa Sebaik Singapura

Kompas.com - 03/12/2013, 08:59 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com -
Teknologi kedokteran Indonesia sebetulnya tidak kalah dengan luar negeri. Kendati begitu, kedokteran Indonesia masih dijadikan alternatif bagi bangsanya sendiri. Pelayanan kedokteran luar negeri, misalnya Singapura, masih menjadi pilihan pertama untuk melakukan pengobatan.
 
Salah satu teknologi kedokteran yang dicari adalah tranplantasi hati dengan menggunakan donor hidup atau living donor liver transplant (LDLT). Teknologi ini sendiri sudah menjadi standar pengobatan bagi organ hati yang tidak bisa berfungsi normal, karena pengerasan (sirosis) atau kanker.
 
“Indonesia tentu bisa menyamai kualitas ini. Namun memang ada beberapa faktor yang harus diperbaiki misalnya man power. Apalagi kemungkinan operasi tranplantasi hati dengan LDLT semakin meningkat,” kata dr. Koichi Tanaka, dari Sing-Kobe Liver Transplantation Centre (SKLTC) rumah sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura.
 
Tanaka sendiri memiliki peran penting dalam pengembangan teknologi LDLT meliputi prosedur, penggunaan obat penekan daya tahan tubuh, dan manajemen.
 
Sumber daya manusia, menurut Tanaka, memegang peran utama. Tidak hanya dokter, peran perawat juga harus diperhatikan. Sinergi keduanya memungkinkan proses operasi hingga perawatan berjalan sempurna. Pengawasan terhadap pasien juga lebih maksimal, sehingga menekan dampak negatif bila timbul reaksi penolakan terhadap organ donor.
 
Peningkatan kualitas juga berhubungan dengan pengaplikasian teknik modifikasi dalam LDLT. Misalnya operasi tranplantasi donor dan resipien berbeda golongan darah, atau peletakan organ pasien tranplantasi hati pada anak.
 
Selain itu, peningkatan kualitas juga harus dilakukan pada petugas bank darah, radiologi, dan koordinator. Persediaan darah dan peemriksaan pendukung sangat menentukan keberhasilan dan efektivitas operasi tranplantasi hati. Sedangkan koordinator, jelas Tanaka, memastikan keberadaan donor.
 
“Untuk donor tentu kita usahakan keluarga. Namun jika keluarga tak juga memenuhi syarat, maka koordinator bertugas menyusuri siapa saja orang dalam kehidupan pasien, yang bisa menjadi donor. Sedapat mungkin donor pernah ada dalam kehidupan pasien. Yang jelas kami tidak melakukan jual beli organ karena hal ini dilarang pemerintah Singapura,” kata Tanaka.
 
Penentu kualitas lainnya adalah ketersediaan fasilitas dan alat kesehatan. Adanya fasilitas menjamin operasi dan tindak pencegahan bisa dilakukan kapan saja. Hal ini termasuk ketersediaan Intensive Care Unit (ICU), bila terjadi kegawatdaruratan. Berbagai alat dan teknologi kesehatan juga harus ada dalam satu lokasi, misalnya MRI dan CT Scan. Dengan failitas yang lengkap pasien tidak perlu repot, dan tahapan tranplantasi bisa dilakukan lebih efektif dan efisien.
 
Faktor terakhir adalah ketersediaan obat, baik untuk pasien transplantasi hati anak maupun dewasa. Tersedianya obat yang berkualitas, memungkinkan pasien melakukan perawatan lebih baik yang harus dilakukan seumur hidupnya.
 
Bila semuanya terpenuhi, Tanaka menyarankan pembuatan center untuk operasi tranplantasi hati. Pembuatan center memudahkan masyarakat yang akan melakukan operasi tersebut. Tanaka mengatakan saat ini dirinya sedang merencanakan pembuatan 2 center operasi tranplantasi hati, di 2 rumah sakit berbeda.
 
Hal inilah yang dilakukan rumah sakit Mount Elizabeth Novena, Singapura melalui SKLTC. Rumah sakit ini sudah melakukan 2.000 praktek LDLT dengan tingkat keberhasilan 80 persen.
 
“Bagaimanapun tetap ada kemungkinan reaksi penolakan 5-10 persen. Dengan teknologi yang ada misal pencucian antibodi darah, kami ingin menekan reaksi tersebut lebih rendah lagi. Tapi bagaimanapun juga kualitas sumber daya manusia dengan jumlah yang mencukupi, tetap yang utama,” kata Tanaka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com