Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/12/2013, 16:15 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Peneliti dari Lund University Swedia belum lama ini mengklaim menemukan strain HIV tipe baru yang lebih cepat berkembang menjadi AIDS dibandingkan dengan strain HIV lainnya. Temuan tersebut dipublikasi dalam Journal of Infectious Disease.

Saat ini, tercatat ada 60 strain HIV-1 yang eksis. Sedangkan, menurut para peneliti studi, strain yang baru ditemukan itu memiliki periode paling singkat antara infeksi dan perkembangannya menjadi AIDS. Periode waktunya diperkirakan hanya sekitar lima tahun.

Para peneliti mengatakan, strain HIV baru itu merupakan peleburan antara dua strain HIV yang umum di Guinea-Bissau, negera kecil di Afrika Barat. Strain baru yang disebut sebagai "rekombinan" itupun baru hanya ditemukan di negara tersebut.

"Rekombinan lebih ganas dan agresif dibandingkan dengan strain yang sebelumnya," ujar peneliti Angelica Palm, kandidat doktoral dari Lund University.

Studi sebelumnya menunjukkan, penyebaran virus tipe rekombinan lainnya tengah meningkat di seluruh dunia. Hal itu pun akhirnya juga berdampak ke semakin umum ditemukannya strain HIV rekombinan pada negara-negara dengan tingkat imigrasi yang tinggi, seperti Amerika Serikat dan Eropa.

Patrik Medstrand, profesor virologi klinis dari Lund University mengatakan, HIV merupakan virus yang dinamis dan bervariasi. Sementara itu, sub-tipe baru dan bentuk rekombinan dari HIV-1 yang baru ditemukan tersebut membuka kemungkinan bahwa sebenarnya virus rekombinan sudah banyak yang tersebar di seluruh dunia.

"Karena itu, kita dan penyedia jasa layanan kesehatan perlu sadar epidemi HIV-1 dapat berubah seiring waktu, dan tipe barunya lebih agresif daripada yang sebelumnya," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com