Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/12/2013, 18:47 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Mengidolakan seseorang atau kelompok tertentu memang merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh siapa saja, baik dewasa maupun remaja. Dalam kadar yang benar, bahkan kegiatan ini dapat memberikan dampak yang positif pada pengembangan diri, khususnya pada hal pencarian jari diri.

Oleh karena berhubungan erat dalam proses pencarian jati diri, kegiatan mengidolakan atau yang kenal juga dengan istilah "idoling" ini akan sangat bermanfaat bagi remaja. Hanya saja, jika dilakukan secara berlebihan, idoling justru akan berdampak sebaliknya.

Sebagai orangtua, tentu Anda ingin anak mendapatkan dampak yang positif dari aktivitas tersebut. Namun bagaimana cara untuk mengarahkan anak ke idoling yang positif dan sehat?

Psikolog anak dan remaja Roslina Verauli mengatakan, orangtua sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir dengan kegiatan idoling yang dilakukan oleh anaknya. Kendati demikian, orangtua perlu menyadari jika anaknya sudah mulai melakukan kegiatan idoling yang bersifat destruktif.

Ciri-ciri idoling destruktif, terang Vera, yaitu melakukan hal-hal yang merugikan dirinya, seperti menghambur-hamburkan banyak uang demi membeli pernak-pernik idolanya sampai menjual barang-barang orangtuanya.

"Berbeda kalau membeli pernak-pernik langka, lalu dia jual lagi untuk dapat untung, itu justru baik," kata psikolog yang berpraktik di RS Pondok Indah ini.

Selain itu, anak juga bertindak seperti bukan dirinya. Vera mengatakan, memang benar, citra idola adalah standar citra yang diharapkan oleh anak, namun jika sudah meniru habis-habisan idolanya, dia akan kehilangan keunikannya sebagai individu. Maka tindakan tersebut juga merupakan ciri-ciri idoling destruktif.

Agar anak tidak terjebak dalam perilaku idoling yang destruktif, maka menurut Vera, orangtua perlu mengarahkan anak untuk melakukan penghayatan terhadap dirinya. "Katakan pada anak bahwa dirinya unik, memiliki kelebihan dan kekurangan yang tidak sama dengan orang lain, sehingga tidak perlu menjadi orang lain untuk jadi baik," tuturnya.

Vera menyarankan, agar orangtua mengajak anak untuk mengetahui apa kelebihan anak. Seringkali anak bingung untuk menentukan kelebihannya, namun di sinilah peran orangtua untuk meyakinkan anak bahwa dia memiliki kelebihan-kelebihan unik. Orangtua juga bisa meminta anak untuk menanyakan kepada temannya, kelebihan apa yang sebenarnya dia miliki.

Jika sudah mengetahui kelebihan dan kekurangan anak, maka orangtua bisa mengonfirmasi bahwa kelebihannya itu baik. Bahkan menurut Vera sebaiknya orangtua juga perlu memfasilitasi anak agar dapat mengembangkan kelebihan yang dia miliki.

"Misalnya minat dan hobinya bernyanyi, ditambah dia punya kelebihan di sana, bakat misalnya. Kenapa tidak orangtua memfasilitasi dengan cara memasukan anak dalam les bernyanyi," ujarnya.

Vera menegaskan, bila orangtua sudah mencium gelagat idoling yang destruktif pada anak, sebaiknya tidak langsung menghentikan kegiatan tersebut sepenuhnya karena hal itu justru akan membuat anak stres. "Sebaliknya, masuklah pelan-pelan untuk memberikan pengertian bahwa kegiatan idoling juga penting punya takaran yang tepat," pungkas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com