Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tertawa, Menyembuhkan tetapi Juga Bisa Mematikan

Kompas.com - 16/12/2013, 09:06 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber Dailymail


KOMPAS.com — Mungkin kita sering mendengar manfaat dari tertawa. Bahkan, aktivitas itu pun disebut-sebut sebagai obat terbaik karena dapat menyembuhkan penyakit. Namun, menurut sebuah studi terbaru, tertawa bukan obat yang terbaik karena bisa juga membahayakan.

Menurut studi tersebut, di samping manfaat yang didapatkan, tertawa juga berisiko lebih dari yang diduga. Para peneliti mengatakan, bahkan seorang wanita dapat mengalami sindrom jantung kolaps dan meninggal setelah tertawa.

Selain itu, tertawa terbahak-bahak juga mungkin menyebabkan pecahnya jantung, robeknya tenggorokan, dan memicu bangkitan epilepsi. Pasokan udara yang cepat saat tertawa dapat memicu serangan asma. Serta, bagi mereka yang menderita inkontinensia urine dan hernia, tertawa terbahak-bahak juga dapat memperparah keadaan tersebut.

Para peneliti dari Birmingham dan Oxford University menganalisis data dari tahun 1946 hingga akhir-akhir ini untuk mempelajari manfaat tertawa pada tubuh manusia. Mereka melakukannya saat badut penghibur pasien didatangkan ke rumah sakit.

"Hasilnya, dosis tertawa yang tanpa dibuat-buat bisa membantu mengurangi berat badan. Ini karena aktivitas tersebut efektif membakar kalori. Jika dilakukan sepanjang hari, tertawa bisa membakar sekitar 2.000 kalori," ujar peneliti.

Calon ibu yang menjalani terapi kesuburan juga 36 persen lebih bisa hamil saat dihibur komedian dibandingkan dengan kelompok yang tidak. Tertawa juga berkaitan dengan penurunan kadar gula darah pada pasien diabetes dan mengurangi kekakuan pembuluh darah dan meringankan tekanan.

Kendati demikian, para peneliti juga menegaskan, memasukkan humor dalam kehidupan sehari-hari juga memiliki risiko, meskipun kecil. Maka studi yang dipublikasi dalam The British Medical Journal tersebut mengingatkan untuk tidak berlebihan saat tertawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com