Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2013, 19:15 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com - Demi kesempurnaan, pria dan wanita tak segan melakukan prosedur bedah kecantikan, juga tindakan nonbedah seperti suntik botoks. Tahun berganti, berbagai prosedur kecantikan semakin canggih termasuk metode yang dibawa dari luar negeri. Berbagai metode canggih ini tetap perlu diwaspadai.

Banyaknya metode memang menyediakan pilihan. Namun dengan minimnya pengetahuan yang dimiliki masyarakat, berbagai metode tersebut bisa jadi bumerang yang merugikan. Akibatnya harapan tampil sempurna hanya tinggal mimpi.

"Metode tersebut belum tentu cocok bagi tiap orang. Tanpa pengetahuan yang cukup, masyarakat bisa saja melakukan blunder. Makin banyak metode kecantikan semakin besar kemungkinan melakukan blunder," kata ahli bedah plastik, Irene Sakura Rini, pada Kompas Health, Sabtu (28/12/2013).

Irene mencontohkan penampilan dengan Korea Style, yang mungkin masih menjadi tren di 2014. Penampilan tersebut berinti pada kulit putih dan wajah tirus. Keinginan memiliki kulit putih mengakibatkan masyarakat menggunakan segala teknik dan obat apapun, selama harganya masih dalam jangkauan.

Padahal, kata Irene, kulit coklat lebih cocok bagi bangsa  Indonesia yang beriklim tropis. Coklat merupakan hasil dari pigmen melanin yang mewarnai kulit. Zat ini juga berfungsi sebagai pelindung kulit terhadap sinar ultraviolet yang bisa menyebabkan kanker.

Menghadapi kondisi ini, Irene berharap masyarakat lebih waspada dan berkonsultasi terlebih dulu sebelum melakukan prosedur kecantikan. Masyarakat juga tidak perlu tergiur harga murah dan hasil instan yang belum tentu diperoleh. Bila merasa prosedur yang benar terlalu mahal, maka jangan ragu untuk menundanya.

Hal ini harus dilakukan, mengingat Indonesia merupakan pasar kecantikan yang potensial. Apalagi orang Indonesia terkenal senang dan berani tampil. Bila melihat ada yang lebih baik, sebagian orang Indonesia tanpa ragu akan mengikuti tanpa mempertimbangkan kesesuaian dan keamanan prosedur kecantikan yang dilakukan.

"Prioritaskan sehat sebelum cantik. Untuk apa cantik tapi tidak sehat ? Bila prosedur yang benar dirasa sangat mahal maka di-cancel saja dulu dan diganti yang lebih bermanfaat untuk kesehatan," kata Irene yang juga Sekretaris Jendral Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indonesia (PERAPI).

Ketahui prioritas
Serbuan produk dan metode kecantikan bisa dibendung bila masyarakat mengetahui prioritas hidupnya. "Prioritas ini harus dimiliki apalagi kita belum memiliki peraturan terkait bedah plastik terkait rekonstruksi atau kecantikan. Kalau tidak memiliki prioritas masyarakat mudah diombang-ambing dan mengikuti saja apapun tren yang ada, walau berisiko," kata Irene.

Irene mencontohkan planning satu tahun terkait pembenahan penampilan. Tahap pertama adalah menurunkan atau meningkatkan berat badan menjadi ideal. Berat badan yang ideal mengindikasikan kesehatan tubuh yang tetap baik. Berikutnya adalah check-up berkala untuk memelihara kesehatan. Bila sudah terpenuhi maka tahap ketiga untuk pemeriksaan yang lebih spesifik bisa dilakukan, misalnya menjaga kesehatan kulit.

"Setelah semua kesehatan terjamin baru bisa dipertimbangkan pembenahan penampilan. Misal sedot lemak, facelift, atau suntik botoks. Bila ingin melakukan prosedur tersebut pastikan dalam penanganan ahli yang kompeten," kata Irene.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com