Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/01/2014, 07:41 WIB
Dr. Ari F. Syam Sp.Pd

Penulis

Sumber Kompasiana

SAAT ini paradigma kedokteran berbasis bukti klinis (evidence based medicine). Bukti klinis tentu didasarkan pada penelitian yang melibatkan manusia dan dilakukan dengan jumlah sampel yang besar. Penelitian yang terbaik tentu dengan membandingkan efek suatu obat dengan plasebo dan penelitian dilakukan dimana peneliti dan subjek penelitian tidak tahu obat yang digunakan.

Berbagai penelitian besar termasuk review dari penelitian yang ada menunjukkan bahwa suplemen multivitamin dan mineral yang dikonsumsi tidak mempunyai peran untuk mencegah terjadinya dan perburukan dari penyakit kronis termasuk kanker dan penyakit pembuluh darah jantung. Informasi dari New York Times edisi tanggal 21 Desember 2013 juga memberitakan seorang laki-laki yang mengalami kerusakan hati yang berat setelah mengonsumsi ekstrak teh hijau yang dikatakan mempunyai efek fat burning. Informasi ini ternyata merupakan fenomena gunung es di Amerika dimana ternyata 20 % kasus kerusakan hati karena obat terjadi akibat penggunaan suplemen diet. Saya juga selalu mendapatkan kasus dengan gangguan hati akibat penggunaan suplemen bahkan 1-2 kasus per tahun mengalami kerusakan hati yang fatal sampai harus dirawat di ICU RS.

Bagaimana kebiasaan masyarakat untuk mengonsumsi suplemen atau vitamin?

Saat ini berbagai suplemen atau multivitamin termasuk herbal dalam bentuk kapsul beredar ditengah masyarakat. Bahkan produk-produk yang ada dijual secara Multi Marketing Level (MLM) atau melalui internet secara online. Yang menarik adalah ada  juga tenaga kesehatan yang menjadi bagian dari pendistribusian produk-produk tersebut. Di USA, hasil survey kesehatan yang dilakukan secara nasional mendapatkan bahwa hampir 10 % orang USA menggunakan suplemen. Penelitian pada binatang memang membuktikan bahwa antioksidan dapat mencegah terjadinya aterosklerosis pembuluh darah jantung hewan coba. Tetapi ternyata, pada saat diterapkan pada manusia peran dari multivitamin tersebut termasuk antioksidan hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Era kedokteran modern yang menyebutkan bahwa pengobatan harus berbasis bukti klinis berusaha untuk membuktikan apakah vitamin atau mineral bermanfaat atau tidak. Hasil penelitian yang ada membuktikan bahwa ternyata penggunaan suplemen multivitamin dan mineral tidak ada manfaatnya untuk mencegah penyakit tanpa bukti bahwa seseorang tersebut kekurangan vitamin atau mineral. Suatu review yang dilakukan oleh tim peneliti dari Kaiser Permente Health Research, Portland, Oregon USA yang dipublikasi pada jurnal Annals of Internal Medicine (Jurnal resmi perhimpunan Spesialis Penyakit Dalam Amerika) edisi November 2013 menyimpulkan bahwa tidak ada bukti yang mendukung bahwa suplemen multivitamin dan mineral dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung koroner dan juga tidak terbukti untuk mencegah kematian. Review yang dilakukan pada 277 artikel termasuk 103 artikel dari 26 penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan berbagai vitamin baik secara tunggal maupun kombinasi antara lain beta karoten, vitamin E, selenium, vitamin A, vitamin C, asam folat, vitamin D, kombinasi vitamin D dan kalsium dan penggunaan kalsium secara tunggal.

Penelitian yang dilakukan dengan jumlah sampel yang bervariasi dari 128 sampel sampai 72.337 sampel dengan total sampel hampir mencapai 400.000 subjek penelitian. Beberapa hasil penelitian mendapatkan bahwa tidak ada bukti klinis yang konsiten dari penggunaan suplemen multi vitamin dan mineral untuk pencegahan primer penyakit jantung koroner, kanker serta pencegahan kematian karena berbagai sebab pada orang sehat tanpa kekurangan vitamin. Selain tidak bermanfaat, bahkan ada beberapa suplemen yang berhubungan dengan terjadinya peningkatan kanker antara lain beta karotin dan vitamin E. Suplemen vitamin D dan kalsium meningkatkan terjadi pembentukan batu pada ginjal. Alih-alih untuk hidup sehat ternyata pada beberapa keadaan, suplemen multivitamin dan mineral juga tidak aman. Review ini memperkuat informasi ilmiah yang telah ada diberbagai jurnal ternama yang membuktikan bahwa suplemen vitamin dan mineral tidak bermanfaat untuk orang normal yang tidak mengalami kekurangan vitamin dan mineral.


Masih di Jurnal yang sama, dilaporkan hasil penelitian yang telah dilakukan beberapa senter ternama di USA termasuk Harvard pada orang sakit dalam hal ini pasien yang mengalami serangan jantung yang mendapatkan multivitamin dan mineral termasuk anti oksidan dosis tinggi. Penelitian yang dilakukan selama 7 tahun ini dimana pasien-pasien yang dilakukan penelitian tersebut di follow up, mendapatkan bahwa pemberian suplementasi vitamin dan mineral dosis tinggi tidak bermakna untuk mencegah terjadinya serangan jantung berulang pada pasien yang telah mendapatkan pengobatan standart.

Fakta dan bukti klinis penggunaan pada manusia yang telah dipublikasi oleh jurnal ternama ini seharusnya menjadi patokan buat kita yang sehat apa tetap ingin mengonsumsi vitamin dan mineral yang belum tentu bermanfaat bahkan berbahaya pada beberapa keadaan. Buat saya sebagai praktisi klinis bukti klinis ini menjadi patokan saya untuk tidak menganjurkan pasien-pasien saya yang sudah sehat untuk tetap mengkonsumsi vitamin dan mineral tanpa bukti pada seseorang tersebut telah mengalami kerurangan vitamin dan mineral.

Informasi ini mudah-mudahan membuat masyarakat sehat yang belum mengonsumsi suplemen vitamin dan mineral untuk tidak mengonsumsi vitamin dan mineral dan bagi yang sudah mengonsumsi rutin untuk berpikir kembali apakah akan tetap meneruskan mengonsumsi suplementasi vitamin dan mineral. Disisi lain biasanya harga multivitamin dan mineral juga cukup mahal mengingat anjuran konsumsinya setiap hari. Akhirnya saya menghimbau kepada kita semua untuk memilih mengonsumsi buah dan sayur-sayuran yang sangat kaya akan multivitamin dan mineral.

Salam sehat,

Dr.Ari Fahrial Syam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com