Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/01/2014, 11:58 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber HEALTHDAY


KOMPAS.com
— Dalam beberapa kasus kehamilan, dijumpai ketuban pecah dini atau keluarnya cairan dari jalan lahir atau vagina sebelum proses persalinan. Baru-baru ini, sebuah studi mengindikasikan, kondisi tersebut berhubungan dengan tingginya jumlah bakteri pada wanita hamil.

Para peneliti mengambil kesimpulan tersebut setelah melakukan analisis sampel membran amniotik pada 48 wanita pascamelahirkan. Mereka menemukan, membran dari wanita yang mengalami ketuban pecah dini mengandung kadar bakteri yang tinggi.

Mereka mencatat, hampir sepertiga kelahiran prematur dipicu oleh ketuban pecah dini. Artinya, ketuban pecah dini merupakan kondisi yang tidak dapat disepelekan karena kelahiran prematur diketahui dapat memicu permasalahan kesehatan pada bayi di kemudian hari.

"Komplikasi dari kelahiran prematur dapat berdampak pada kesehatan jangka panjang, baik pada bayi maupun ibunya," ujar penulis studi Amy Murtha, profesor di bidang kebidanan di Duke University School of Medicine.

Murtha mengatakan, penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk menentukan kehadiran kadar bakteri yang tinggi merupakan penyebab dari ketuban pecah dini. Tingginya kadar bakteri mungkin dapat melemahkan membran sehingga mudah pecah.

Kini para peneliti tengah memeriksa tipe bakteri apa yang meningkatkan risiko ketuban pecah dini. Menurut mereka, mengidentifikasi tipe bakteri akan memudahkan pengembangan dari pengobatan yang bersifat pencegahan.

"Jika kita mengetahui tipe bakteri yang memicu ketuban pecah dini, maka dokter dapat melakukan penampisan bakteri di awal kehamilan sebagai upaya pencegahan," kata Murtha.

Pengobatan dengan antibiotik juga mungkin dapat mengurangi risiko dari permasalahan ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com