Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/01/2014, 16:37 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com —Hampir semua negara di dunia sepakat pentingnya vaksin untuk meningkatkan ketahanan tubuh warganya. Namun, tampaknya tidak semua warga meyakini manfaat vaksin, termasuk negara seperti Inggris.
 
Salah seorang warga Inggris mengakui hal ini dan menuliskannya di jurnal Slate. Adalah Amy Parker yang mengaku tidak disuntik vaksin saat masih anak-anak. Akibatnya Parker menderita campak, rubella, beberapa tipe meningitis akibat virus, batuk menahun, bengkak tahunan (tonsillitis), dan cacar air.
 
Parker mengatakan, saat kecil daya tahan tubuhnya buruk. Padahal orangtua Paker, terutama ibunya, adalah pelaku hidup sehat. Parker kecil tidak diizinkan menggunakan sepatu berbahan plastik yang berbahaya, atau menonton tayangan yang tak sesuai usianya.
 
“Ibu saya tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak menggunakan narkoba. Ibu juga selalu memberi asupan sehat dan mengatur pola hidup sehat. Tentunya saya senang ibu begitu memedulikan anaknya. Namun hal tersebut tidak menghentikan infeksi penyakit saat saya masih anak,” aku Parker.  
 
Penyakit yang menyerang Parker sebetulnya bukan penyakit asing. Penyakit ini umum menyerang masyarakat beberapa dekade sebelumnya, misalnya campak. Di Amerika campak tidak bisa dikendalikan hingga tahun 2000. 
 
Walupun penyakit tersebut mulai jarang menginfeksi, bukan berarti masyarakat memiliki daya tahan tubuh lebih baik. Penyakit yang mulai jarang di suatu negara, bisa jadi masih merupakan masalah untuk wilayah lain.
 
Hal ini tampak dari laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) terkait infeksi campak. Berdasarkan laporan CDC, rata-rata 60 orang masih menderita campak tiap tahunnya. Untuk Januari–September 2013 dilaporkan ada 159 kasus campak di Amerika. Menurut CDC, sekitar 26 kasus penderita campak terinfeksi saat berada di negara lain.
 
“Mereka membawanya ke Amerika dan menyebarkannya pada yang lain. Hal ini mengakibatkan delapan penjangkitan campak di berbagai komunitas di Amerika. Penjangkitan ini termasuk yang terbesar sejak 1996,” CDC melaporkan.
 
Menurut ilmuwan dari Lenox Hill Hospital di New York City, Keri Peterson, yang dialami Parker merupakan contoh bagaimana penyakit bisa kejam. Bila tidak diberi vaksin, pola hidup sehat yang dijalani tidak memberi perlindungan maksimal. Akibatnya penyakit tetap bisa menginfeksi.
 
Hal yang sama berlaku juga untuk anak. “Beberapa orang mungkin berpikir penyakit itu tidak akan terjadi pada anak saya. Namun tanpa perlindungan maksimal, penyakit bisa menginfeksi siapa saja termasuk anak,” kata Peterson.
 
Tentu saja tiap vaksin memiliki risiko tertentu. Namun menurut Parker dan Peterson, risiko tersebut tidak perlu dikhawatirkan. Kecuali bila orang tersebut memiliki alergi pada komponen penyusun vaksin.

Sebetulnya vaksin tidak hanya melindungi perorangan, tetapi juga lingkungan. Makin banyak anak mendapatkan vaksin, maka perlawanan terhadap penyakit semakin besar. Perlindungan yang semakin besar akan menekan angka penyebaran penyakit, termasuk pada anak yang belum divaksin.

“Vaksin akan menciptakan lingkungan yang lebih sehat, tidak sekadar melindungi perorangan,” kata Peterson. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com