Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/01/2014, 19:47 WIB
Unoviana Kartika,
Rosmha Widiyani

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aktivitas makan seharusnya dilakukan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh. Namun jika sesuatu yang dimakan justru tidak bernutrisi bahkan bukan berupa makanan, hal itu bisa merupakan gejala dari kelainan makan yang dikenal dengan istilah pica.

Pica ditandai dengan kebiasaan makan benda-benda bukan makanan yang tidak bernutrisi seperti es, tanah liat, kapur, kotoran atau pasir. Kebiasaan makan yang sudah dikategorikan pica itu jika berlangsung selama satu bulan dan bukan didasari oleh budaya setempat.

Berikut beberapa kebiasaan makan aneh yang dapat dikategorikan sebagai pica yang pernah diberitakan media.

1. Makan obat nyamuk bakar
Seorang anak balita berusia tiga tahun bernama Aska di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan memiliki kebiasaan makan obat nyamuk bakar. Anak pasangan Said dan Siska tersebut dalam sehari dapat menghabiskan sekeping utuh obat nyamuk.

Awalnya, Kebiasaannya itu sempat tidak diketahui oleh kedua orangtuanya. Namun setelah orangtua tahu, kebiasaan ini tak lantas berhenti lantaran Aska kerap menangis kalau dilarang dan tak diberi sekeping obat nyamuk.

2. Makan tanah dan minum bensin
Selama sembilan tahun, Lia Trisnawati, putri bungsu dari suami-istri Halili dan Mariyah, memiliki kebiasaan makan tanah dan minum premium atau bensin. Kebiasaan tersebut dilakukan setelah warga Desa Pandan, Kecamatan Galis, Pamekasan, itu mengalami demam disertai kejang-kejang.

Menurut sang ayah, kelainan Lia tersebut dimulai sejak memasuki usia dua tahun. Kemudian, kebiasaan tersebut berlanjut seiring bertambahnya usia Lia.

Dalam sehari, Lia yang sehari-harinya jarang mandi bisa menghabiskan satu liter bensin untuk minum. Ke mana pun ia pergi, botol berisi bensin tak pernah lepas dari genggamannya. "Sehari saja tidak minum bensin, dia akan mengamuk, bahkan sampai melempari kaca rumah tetangga," kata Zainullah, kakak kandung Lia.

3. Makan pasir
Eben Siahaan, bocah laki-laki berusia enam tahun dari Desa Aek Bolon Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, memiliki kebiasaan aneh karena sering memakan pasir sejak usia dua.

"Tidak tahu jelas penyebabnya sehingga Eben suka makan pasir meski secara sembunyi-sembunyi," kata nenek yang juga pengasuhnya, Tiamar br Siagian.

Padahal, kata dia, mereka selalu memberi makanan yang cukup setiap hari. Tetapi jika sedikit saja lalai mengawasi, dengan sigap Eben langsung mengambil pasir dan memakannya. Eben juga kerap mengantongi pasir dan mengonsumsinya diam-diam. Bila ketahuan, langsung dibuangnya.

4. Makan kapur
Seorang balita perempuan berumur dua tahun dua bulan bernama Yulianita, warga Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, setiap harinya terbiasa makan kapur cat dinding rumah.

"Kebiasaan anak saya ini sejak usia dua bulan. Saat bisa jalan sendiri, dia suka ngambil kapur yang ada di dinding rumah," kata Atin, ibu kandungnya.

Atin mengatakan, kebiasaan anaknya baru diketahui saat anaknya mulai bisa berjalan. Anaknya kerap didapati tengah mencari serpihan kapur dinding rumah yang terkelupas. Serpihan kapur tersebut, kata Atin, dimakan oleh anaknya.

"Kalau dilarang jangan makan kapur, anak saya marah-marah, akhirnya kebisaan makan kapur terus dilakukan anak saya sampai sekarang," ujar Atin.

5. Makan Paku

Tak hanya anak, anak pica juga bisa dialami di usia dewasa. Kasus pada orang dewasa terjadi pada wanita usia 27 tahun asal India. Kasus ini dilaporkan peneliti Suddhendu Chakraborty.

 
Wanita tersebut dilaporkan mengalami gangguan perut dan dirujuk ke operating department practitioners (OPD). Penderita yang ke rumah sakit bersama orangtuanya tersebut, ternyata memiliki kebiasaan memakan paku besi selama 3 bulan belakangan. Kebiasaan tersebut dimulai saat dirinya menikah dan merasa depresi dengan kehidupan pernikahannya.
 
Sensasi yang timbul saat menelan paku ternyata mampu menghilangkan depresi yang diderita. Penderita juga dikabarkan mengkonsumsi pecahan beling selama 3 tahun belakangan, namun tidak mengatakannya pada orang lain. Pasien dilaporkan kekurangan zat besi, serum ferritin, dan zinc. Dugaan gangguan pica muncul dari diagnosa yang dilakukan dokter. Sebelumnya pasien tersebut dirujuk karena sensasi tidak nyaman di perut. 
 
6. Makan Lumpur
 
Laporan serupa juga datang dari Ethiopia melalui peneliti Yonas Baheretibeb dari Addis Ababa University, Ethiopia. Penderita pica tersebut adalah wanita berusia 17 tahun yang gemar mengkonsumsi lumpur dari dinding depan rumahnya. Pasien yang masih berstatus pelajar tersebut awalnya tidak memiliki materi non-nutritive tertentu, namun kelamaan pasien memilih lumpur.
 
7. Makan Tanah
 
Sementara untuk kasus pica pada anak  ditemukan Inggris oleh peneliti Donald Howarth dari University of Notre Dame, Western Australia. Penderitanya adalah anak berusia 3 yang gemar mengkonsumsi tanah. Penderita dilarikan ke rumah sakit setelah 4 hari kehilangan nafsu makan dan hari ke dua mengalami pingsan. Anak tersebut terlihat pucat dan kesulitan buang air besar.
 

(UNO/ROSMHA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com