Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/03/2014, 16:01 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Prevalensi penyakit tuberkulosis (TB) menurun dalam beberapa tahun terakhir hingga hampir setengahnya. Jika pada tahun 2000 angkanya mencapai 500 per 100.000 penduduk, di tahun 2013 tercatat 297 per 100.000 penduduk. Sayangnya, penurunan prevalensi tersebut diikuti oleh masalah baru yaitu meningkatnya kasus TB kebal obat atau yang dikenal dengan istilah multridrug resistant tuberculosis (MDR-TB).

"Sekarang sudah separuhnya turun, tapi kasus yang baru, khususnya yang resisten terhadap obat-obatan TB meningkat," ungkap Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi di sela-sela Forum Stop TB Partnership Kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan Mediterania Timur, Senin (3/3/2014), di Jakarta.

Menurut Nafsiah, MDR-TB tidak seharusnya terjadi jika semua pasien TB mematuhi aturan minum obat secara benar. Melonjaknya kasus MDR-TB, kata Nafsiah, karena kurangnya kepatuhan penggunaan obat-obatan, khususnya obat lini pertama TB.

Pengobatan TB lini pertama yaitu dengan menggunakan dua jenis obat antara lain rifampicin (R) dan isoniazid (INH). Jika kedua jenis obat lini pertama tersebut sudah tidak mampu mengobati TB, maka pengobatan perlu dilanjutkan dengan menggunakan obat-obatan lini selanjutnya.

TB normal atau tidak kebal obat saja memerlukan waktu yang panjang, dan pasien harus mengonsumsi antibiotik tanpa henti selama enam bulan. Kebanyakan pasien gagal menjalani seluruh terapi karena banyaknya kasus resistensi obat.

"Padahal obat-obatan itu memakan biaya yang mahal sekali. Ini tentu akan membuat pendanaan obat TB akan meningkat," ujar Nafsiah.

Biaya obat yang meningkat, lanjut dia, berkaitan dengan penambahan kuota pendanaan obat TB naik dari pemerintah maupun Global Fund. Padahal penyakit atau kondisi lain seperti malaria atau HIV dan AIDS juga membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pengawasan Penyakit dan Pengelolaan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama mengatakan, setiap tahun di Indonesia ditemukan 460.000 kasus TB baru dengan 5.900 kasus di antaranya merupakan MDR-TB.  Pada 2013, jumlah total kasus TB mencapai 800.000-900.000 kasus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com