Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/03/2014, 09:50 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com – Sehat berasal dari kebiasaan sederhana yang terus dilakukan,  termasuk kebiasaan cuci tangan pakai sabun (CTPS). Namun bagi sebagian orang, menerapkan kebiasaan dan kedisiplinan mencuci tangan bukanlah hal mudah.
 
Meski begitu, ada strategi yang terbukti efektif menanamkan kebiasaan mencuci tangan dalam diri, yaitu dengan memenuhi kewajiban rutin cuci tangan selama 21 hari. Bila tiga pekan ini sudah terlalui, maka kebiasaan sehat ini akan sulit dipisahkan dan menjadi rutinitas sehari-hari, terutama dalam 5 kesempatan yaitu sebelum makan pagi, siang, malam, usai dari kamar mandi, dan saat mandi.
 
Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian bertajuk Logger Study di Yogyakarta. Dalam riset ini, keluarga yang menerima edukasi melalui gerakan 21 hari menunjukkan perilaku CTPS 12,5 persen lebih tinggi, daripada keluarga yang tidak menerima pendidikan tersebut.
 
"Hal ini menunjukkan efektivitas gerakan 21 hari menanamkan kebiasaan CTPS secara permanen,” kata Richard L. Wright, Discovery Platform Director  di Jakarta, Kamis (6/3/2014).
 
Riset ini juga menunjukkan bahwa program edukasi 21 hari mampu meningkatkan efektivitas 12 langkah cuci tangan dalam menyingkirkan kuman. Ini terekam dalam chip khusus yang ditanam dalam sabun cuci tangan. Chip tersebut berfungsi sebagai sensor untuk mengetahui gerakan responden dalam mencuci tangan dan jumlah kuman yang berhasil disingkirkan. Tujuh langkah cuci tangan meliputi area telapak, punggung, sela jari, jempol, ujung jari, dan gerakan mengepal.
 
CTPS merupakan kebiasaan sederhana yang sangat direkomendasikan untuk menurunkan risiko penularan penyakit infeksi. Salah satunya adalah diare yang banyak diderita balita. Diare yang tak segera ditangani akan berakibat buruk  dan berisiko menyebabkan kematian akibat cairan yang terkuras.
 
Hal ini terbukti dalam Riset Kesehatan Dasar 2013 yang menunjukkan peningkatan perilaku CTPS sebesar 23,3 persen dibandingkan 2007 hingga menjadi 47 persen. Sehingga, angka sebaran penderita diare balita di Indonesia turun menjadi 3,5 persen dibanding 9 persen pada 2007.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com