Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/03/2014, 17:11 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com — Produksi ASI bisa terus meningkat bila payudara terus mendapat rangsangan yang berupa perahan atau isapan bayi. Isapan juga menentukan jenis ASI yang diproduksi, apakah transisi atau matur sesuai usia bayi.

“Dengan rangsangan tersebut maka produksi ASI tidak akan berkurang, kecuali frekuensi minum bayi memang menurun. Produksi ASI hanya berkurang 60-70 persen pada bayi yang paling lapar. Sehingga payudara yang merupakan pabrik ASI tidak mungkin kosong,” kata konselor ASI dari Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI), Siska Broto Utomo, pada seminar tentang persiapan menyusui bersama New Parent Academy, Minggu (23/3/2014).

Proses produksi ASI
ASI adalah makanan utama bagi bayi di enam bulan pertamanya. Pemberian ASI bisa berlanjut hingga dua tahun pertama untuk menyempurnakan sistem pertahanan tubuh.

ASI mulai diproduksi di kehamilan trimester kedua pada minggu ke-16 - 22. ASI yang dihasilkan disebut kolostrum. Seiring masa kehamilan hingga kelahiran, produksi ASI akan semakin meningkat.

Selama 48-72 jam seusai kelahiran, sensasi adanya ASI mulai dirasakan ibu. Produksi ASI semakin meningkat bersamaan dengan dikeluarkannya plasenta. Plasenta yang sudah keluar merupakan tanda dihentikannya produksi hormon kehamilan, yaitu progesteron.

Selanjutnya, produksi ASI merupakan hasil keseimbangan antara prolaktin dan oksitosin. Prolaktin adalah hormon yang mengirim sinyal pada otak untuk memproduksi ASI, sementara oksitosin adalah hormon yang menentukan rasa bahagia. Produksi hormon oksitosin yang besar akan memicu peningkatan produksi ASI.

Jangan menunda waktu perah ASI
Siska menjelaskan, produksi ASI akan terus meningkat bila kapasitas payudara terus berkurang. Pengurangan produksi akan menstimulasi hormon prolaktin untuk terus mengirim sinyal ke otak sehingga meningkatkan produksi ASI.

Sebaliknya bila produksi ASI tak juga berkurang, maka prolaktin akan mengirim sinyal ke otak untuk menurunkan produksi ASI. Akibatnya produksi ASI dari payudara ibu akan semakin sedikit.

“Kerja hormon prolaktin mengingatkan ibu untuk tidak menunda pemerahan ASI. Bila biasanya memerah tiap dua jam sekali maka lakukan seperti itu, tidak perlu menunggu payudara keras. Penundaan berisiko menurunkan produksi ASI akibat sinyal dari prolaktin,” kata Siska.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com