Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/05/2014, 07:42 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -- Mi goreng merupakan pilihan menu yang akrab dengan lidah orang Indonesia. Selain praktis, hidangan ini juga disukai karena rasanya yang gurih dan mengenyangkan. Namun, supaya tetap sehat, sebaiknya mi goreng tidak dimakan sebagai makanan tunggal, tetapi perlu adanya penyeimbang.
 
Dokter spesialis penyakit dalam Brigjen TNI Ariz Wibudi mengatakan, kandungan gizi utama dari mi goreng adalah karbohidrat. Sementara untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, diperlukan unsur-unsur gizi lain dalam sekali waktu makan.
 
"Sehingga makan mi goreng perlu disiasati dengan menambahkan protein dan sayur-sayuran," ujarnya dalam acara media gathering yang diadakan PT Nutrifood di Jakarta, Rabu (14/5/2014).
 
Porsi masing-masing unsur zat gizi itu pun perlu diperhatikan. Ariz menjelaskan, porsi karbohidrat sekali makan adalah seperempat dari total sajian, begitu pula dengan protein. Sementara itu, setengah sisanya perlu diisi dengan sayur.
 
"Untuk sayur yang dimasak porsinya adalah setengah porsi makan. Sedangkan untuk sayur mentah, ukurannya adalah satu mangkuk, kira-kira 200 gram," tuturnya. Dengan demikian, dalam satu piring, isilah setengahnya dengan sayuran, seperempat karbohidrat, dan seperempat protein.
 
Menurut Ariz, penambahan protein dan sayuran pada satu porsi makan merupakan hal yang penting. Pasalnya, karbohidrat dalam mi juga dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat.
 
Terlebih karbohidrat dalam mi goreng, lanjut dia, berjenis simpleks. Artinya, mi goreng merupakan makanan yang cepat menaikkan gula darah. Hal ini tentu akan berisiko jika mi goreng dimakan oleh diabetesi atau orang dengan diabetes tipe 2.
 
Sebenarnya gula darah tidak sepenuhnya jahat karena bermanfaat sebagai sumber energi. Hanya saja, kadarnya harus tepat, tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi. Nah, tubuh diabetesi memiliki masalah dalam memetabolisme gula di dalam tubuhnya. Ini berarti gula dari makanan yang baru saja dimakan akan menjadi gula darah dan sulit diubah menjadi energi untuk sel. Akibatnya, mereka selalu merasa kekurangan energi dan selalu lapar. Yang bahaya adalah jika makanan yang diasup justru meningkatkan kadar gula darah.

Jika kondisi ini berlangsung secara terus-menerus dalam waktu lama, sel akan kekurangan energi dan akhirnya sel mengalami kematian. Semakin banyak sel tubuh yang mati mengakibatkan penuaan tubuh pun terjadi semakin cepat. Inilah kenapa diabetes tipe 2 kerap disebut sebagai penyakit degeneratif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com