Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/06/2014, 15:31 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -- Begitu merokok sudah menjadi kebiasaan maka akan lebih sulit untuk dihentikan. Karena itu, anak-anak perlu dididik untuk mengetahui bahaya rokok sejak usia dini sehingga mereka akan berpikir dua kali sebelum mencoba rokok. Demikian salah satu kesimpulan dari The 1st Indonesian Conference on Tobbaco or Health (ICTOH) yang berlangsung pada 30-31 Mei 2014 di Jakarta. 
 
"Pemerintah perlu mempertimbangkan memasukkan pengetahuan tentang bahaya buruk merokok terhadap kesehatan ke dalam kurikulum pendidikan anak sedini mungkin," ujar Ketua ICTOH 2014 Kartono Mohamad kepada wartawan seusai acara tersebut.
 
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI Ekowati Rahajeng mengatakan, jika sudah kecanduan rokok, seseorang memang sulit untuk berhenti. Karenanya, sebelum menjadi kecanduan, anak perlu mengetahui dampak negatif dari rokok. Tujuannya supaya mereka tidak mencoba rokok.
 
"Dengan mengetahui bahaya merokok sejak dini, sudah tertanam citra buruk pada rokok, sehingga lebih mudah untuk mengarahkan generasi muda untuk tidak merokok," ujar dia.
 
Menurut dia, rokok harus dicitrakan sebagai barang yang buruk sehingga orang pun malu untuk merokok. Ia mengatakan, orang harus semakin menyadari bahwa rokok merupakan barang yang bisa mengakibatkan penyakit. Dan, akan menjadi lebih mudah jika dilakukan sejak usia dini.
 
Usulan memasukkan pengetahuan tentang bahaya buruk merokok tersebut juga dilakukan demi menekan prevalensi perokok di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut Riset Kesehatan Dasar Kemenkes tahun 2013, prevalensi perokok pada anak usia antara 5-9 tahun mengalami kenaikan sebesar 400 persen dibandingkan tahun 2007.
 
Begitu pula pada anak usia 10-14 tahun, yaitu sebesar 40 persen. Dan, hampir 80 persen perokok mulai merokok sebelum mencapai usia 19 tahun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com