Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/06/2014, 07:55 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Dengan risiko kematian mencapai 0,9 persen, penyakit demam berdarah jelas bukanlah penyakit yang bisa diremehkan. Apalagi kasus penyakit ini mencapai 140.000 setiap tahunnya.
 
"Kalikan saja 0,9 persen dengan 140.000, sudah 1.400 dalam setahun. Sehingga dalam sebulan paling tidak rata-rata ada 100 kematian karena DBD di Indonesia," kata dr.Leonard Nainggolan, Sp.PD, dalam diskusi kesehatan SOHO #BetterU bertajuk Waspadai Kebocoran Plasma Saat DBD pada Selasa (10/6/2014) di Jakarta.
 
Ia menjelaskan, DBD bisa menyebabkan kematian jika pasien tidak bisa melewati fase kritis dengan baik. Pada fase kritis, virus dengue penyebab DBD mulai beraksi merusak celah antarsel di pembuluh darah.
 
Ketika celah antarsel ini melebar, maka cairan pada darah akan keluar melalui celah ini. Diketahui, darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma yang berupa cairan dan sel darah. Meski plasma darah bisa keluar, namun celah tidak cukup besar untuk sel darah untuk keluar.
 
"Jika plasma darah keluar, maka darah akan menjadi lebih kental, karena konsentrasi sel darah berbanding dengan plasma akan lebih banyak dari yang biasanya," tutur dia.
 
Ia menganalogikan dengan cairan gula. Bila satu sendok gula biasa dilarutkan dalam satu gelas air, larutan gula akan lebih pekat bila gula hanya dilarutkan dalam setengah gelas air.
 
Nah, komplikasi pengentalan darah inilah yang berakibat fatal. Leonard menjelaskan, darah yang lebih kental akan lebih sulit dialirkan ke seluruh tubuh. Lama kelamaan organ-organ tubuh akan kekurangan pasokan oksigen dari darah.
 
Kurangnya oksigen pada organ akan menganggu fungsinya. Jika dibiarkan, pasien akan mengalami kegagalan multiorgan dan meninggal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com