Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/07/2014, 12:23 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com - Perlemakan hati merupakan salah satu penyebab hepatitis atau peradangan hati. Jika perlemakan hati tidak segera diatasi, kondisi tersebut berpotensi untuk berkembang menjadi hepatitis, bahkan lama-lama menjadi kanker hati.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam FKUI/RSCM Irsan Hasan, di masa depan, perlemakan hati bisa menjadi penyebab utama hepatitis. Saat ini penyebab hepatitis yang paling umum adalah virus hepatitis, baik itu tipe A, B, C, D, dan E.

"Virus mungkin beberapa puluh tahun lagi akan punah atau bisa diatasi dengan obat dan vaksinasi, tetapi yang mungkin semakin banyak adalah perlemakan," ungkap konsultan gastroenterohepatologi ini beberapa waktu lalu di Jakarta.

Perlemakan hati merupakan kondisi yang sangat dipengaruhi oleh gaya hidup. Pola makan yang tinggi lemak dan tidak berolahraga teratur adalah faktornya. Pasalnya kedua hal itu meningkatkan risiko obesitas yang merupakan risiko primer perlemakan hati. Organ hati mengalami perlemakan bila tumpukan lemak di hati mencapai lima persen dari total berat hati.

Perlemakan hati akibat gangguan metabolik disebut non-alcholic fatty liver disease (NAFDL) atau perlemakan hati bukan karena konsumsi alkohol. NAFDL berkembang menjadi hepatitis pada tahap non-alcoholic steatohepatitis (NASH).

Perlemakan hati bisa menyebabkan pengerasan hati atau yang dikenal dengan sirosis. Kendati demikian, potensinya lebih kecil daripada yang diakibatkan oleh virus. Sebagai perbandingan, risiko sirosis yang disebabkan oleh perlemakan hati adalah sekitar 10-15 persen, sementara itu yang disebabkan oleh virus yaitu 30 persen.

Karena itu, bila didiagnosis mengalami perlemakan hati, sebaiknya seseorang segera memeriksakan diri di laboratorium untuk memastikan apakah kondisi tersebut berkembang menjadi hepatitis atau tidak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com