Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/07/2014, 12:17 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

KOMPAS.com - Ada banyak hal yang bisa mengubah susunan komunitas bakteri yang hidup dalam usus, misalnya berwisata ke negara lain atau tertular penyakit. Namun seberapa besar pengaruh perubahan bakteri itu hingga sejarah singkat hidup seseorang bisa terlihat dari kotoran (feses)-nya?

Dalam sebuah riset baru, peneliti mempelajari bakteri dalam usus dan liur dua orang selama satu tahun. Tujuannya yaitu untuk mengetahui bakteri yang ada dalam tubuh mereka, serta perubahan-perubahan yang terjadi seiring berjalannya waktu.

Selama periode studi, peneliti hampir setiap hari mengambil sampel kotoran dan liur peserta. Mereka juga memantau gaya hidup mereka sehari-hari, termasuk pola makan, olahraga, buang air besar, dan mood dengan menggunakan aplikasi catatan harian.

Hasilnya menunjukkan, komunitas bakteri secara umum stabil seiring waktu. Namun dalam beberapa hal peneliti menjumpai perubahan pada komunitas bakteri bila peserta mengalami peristiwa yang tak biasa.

Misalnya, saat seorang peserta melakukan perjalanan dari Amerika Serikat ke negara berkembang di Asia Selatan, rasio antara dua kelompok bakteri yang dominan pada usus, Bacteroidetes dan Firmicutes, berubah secara dramatis. Rasio ini kembali normal ketika orang itu kembali lagi ke negaranya.

Sementara itu, infeksi Salmonella pada peserta lainnya menyebabkan penurunan jumlah kebanyakan tipe bakteri dalam usus. Sebaliknya, bakteri-bakteri itu digantikan dengan spesies lainnya yang memiliki struktur genetik yang mirip.

Ketua studi Lawrence David, asisten profesor di Duke University Medical Center di Durham, Carolina Utara mengaku kagum dengan perubahan yang dramatis pada bakteri usus hanya dengan keracunan satu jenis makanan saja.

Triliunan bakteri hidup di usus manusia bertujuan untuk menjaga sistem pencernaan yang sehat. Pola makan, kondisi medis, serta lingkungan hidup merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan bakteri dalam usus.

Dalam studi baru ini, peneliti juga menemukan perubahan gaya hidup yang tidak terlalu ekstrim, seperti perubahan pola makan, juga dapat mengubah susunan bakteri dalam usus. Misalnya, makan lebih banyak serat dalam satu hari berhubungan dengan perubahan 15 persen bakteri usus di hari berikutnya.

Kendati demikian, peneliti belum berhasil menemukan hubungan antara bakteri usus dengan perubahan pola tidur, olahraga, dan mood peserta. Dibutuhkan penelitian lanjutan dengan jumlah peserta yang lebih banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com