Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/08/2014, 12:16 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber HEALTHDAY

KOMPAS.com — Batu ginjal memang bisa dihilangkan dengan obat-obatan atau teknologi laser, tetapi batu ginjal yang mengganggu ini juga mudah timbul kembali. Risiko kekambuhan batu ginjal tidak sama pada setiap orang karena perlu adanya cara untuk memprediksi seberapa besar risiko tersebut pada setiap orang.

Sebuah studi dalam Journal of the American Society of Nephrology mengklaim menemukan sebuah cara yang akurat memprediksi kekambuhan batu ginjal pada masa depan. Mereka mengatakan, cara ini dapat membantu pasien dan dokter untuk menentukan langkah preventif yang diperlukan.

Cara yang dimaksud peneliti studi tersebut adalah dengan mengajukan 11 pertanyaan kepada orang yang pernah mengalami batu ginjal. Tujuannya adalah untuk mengetahui risiko pengembangan batu ginjal dalam dua, lima, atau 10 tahun.

Peneliti menemukan, kekambuhan batu ginjal berhubungan dengan faktor risiko, seperti usia lebih muda, jenis kelamin pria, memiliki riwayat keluarga batu ginjal, terdapat darah pada urine, batu ginjal yang terbuat dari asam urat, memiliki batu pada panggung ginjal, dan lain-lain.

Cara deteksi ini dikembangkan dengan menggunakan data yang berasal dari sekitar 2.200 orang dewasa di Amerika Serikat yang pernah mengalami batu ginjal selama 1984 hingga 2003. Lebih dari 700 orang kembali mengalami batu ginjal pada 2012.

Batu ginjal merupakan materi solid yang terbentuk dari substansi-substansi tertentu yang terdapat pada urine. Batu yang kecil menyembabkan ketidaknyamanan, tetapi batu yang lebih besar bisa tersangkut pada saluran kemih sehingga menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa.

Dr Andrew Rule dari Mayo Clinic yang menciptakan cara ini bersama koleganya mengatakan, jika pasien tahu dirinya memiliki risiko tinggi kambuhnya batu ginjal, maka mereka akan mendapat saran lebih baik untuk menjalani diet atau mengonsumsi obat-obatan yang membantu mencegah kekambuhan tersebut.

"Sementara itu, mereka yang memiliki risiko rendah mungkin tidak perlu menjalaninya," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com