Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/08/2014, 13:58 WIB
Kevin Sanly Putera

Penulis

Sumber CBS News

KOMPAS.com - Kelainan dalam mengenali suatu warna atau buta warna ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor keturunan atau jenis kelamin saja. Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi kemungkinan seseorang menderita kelainan ini.

Buta warna sebenarnya dibagi dalam dua kategori, yakni buta warna total dimana penyandangnya cuma bisa mengenali warna hitam dan putih, serta buta warna parsial atau tidak bisa mengenali warna tertentu saja. Yang paling umum adalah kesulitan membedakan warna gabungan merah dan hijau.

Dalam penelitian terbaru, ternyata faktor ras dan etnis juga berpengaruh pada risiko buta warna. Penelitian yang melibatkan 4000 anak berusia 3 sampai 6 tahun di California menemukan, 6 persen anak laki-laki Kaukasia menderita buta warna, disusul 3 persen dari anak laki-laki Asia, 3 persen dari Spanyol, dan kurang dari 2 persen adalah keturunan Afrika-Amerika.

Anak perempuan memang lebih jarang mengalami buta warna. Dari semua ras dan etnis yang diteliti, tidak sampai 0,5 persen anak perempuan menyandang buta warna.

Menurut ahli mata dan kesehatan anak di Rumah Sakit Mount Sinai, New York, Dr. Miesha Frempong, buta warna paling sering disebabkan karena faktor genetik.

"Masalah sulit melihat warna ada pada kromosom X-nya," kata Dr. Frempong. Seorang perempuan memiliki dua kromosom X. Laki-laki hanya satu. Bila kromosom X yang didapat laki-laki itu jelek, dia tidak punya cadangan sehingga lebih terkena efeknya," katanya.

Buta warna terjadi ketika ada mutasi gen tertentu yang menghambat kemampuan pigmen pada saraf optik untuk mengenal warna. Sel-sel yang disebut kerucut ini berada di retina. Satu pigmen saja hilang, maka seseorang akan kesulitan membedakan warna.

Penderita buta warna biasanya kesulitan membedakan kategori warna tertentu, seperti merah-hijau atau biru-kuning. Dalam kasus yang langka, penderita hanya melihat warna hitam-putih. Kasus yang paling sering ditemukan adalah merah-hijau, dan sampai kini belum ada terapi untuk menormalkan gangguan ini.

Untuk mendiagnosis pasiennya Frempong menggunakan chip dengan derajat warna yang beragam dan kartu titik berwarna. Chip tersebut bertuliskan angka yang hanya bisa dibaca bila pasien mampu membedakan warna merah dan hijau.

Mengetahui buta warna sejak dini akan sangat membantu karena sebuah studi menemukan buta warna berdampak pada kemampuan anak. Usia terbaik untuk menguji penglihatan adalah sebelum usia empat tahun.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com