Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/08/2014, 10:25 WIB
Kevin Sanly Putera

Penulis


KOMPAS.com - Kesulitan tidur dapat dipengaruhi banyak hal, salah satu yang paling umum adalah penuaan. Semakin tua seseorang, maka jam tidur akan semakin sedikit.

Banyak alasan yang menyebabkan sulit tidur, misalnya konsumsi obat-obatan, tekanan psikologi, pensiun, dan sekadar premis "makin tua, tidur makin berkurang".

Namun studi terbaru dari Pusat Kesehatan Beth Israel Deaconess dan Universitas Toronto menemukan pengaruh saraf pada berkurangnya jam tidur para lansia. Ada sekelompok saraf bernama nukleus bentrolateral preoptic, yang mengatur pola tidur normal. Saraf ini perlahan 'mati' seiring bertambahnya usia.

"Semakin banyak sel yang tidak aktif karena penuaan, semakin sulit seseorang untuk tidur," kata Clifford Saper, M.D., Ph.D., ketua riset dan ketua ahli saraf di pusat kesehatan tersebut.

Saper mencatat bahwa orang berusia 70 tahun tidur 1,5 jam lebih singkat dibanding pada mereka yang berusia 20 tahun.

"Mereka tidak merasa sudah beristirahat. Mereka bangun karena tidak bisa tidur lagi, tapi mereka tetap merasa kelelahan sepanjang harinya. Ini digolongkan sebagai kondisi insomnia kronis," kata Saper.

Penemuan ini dapat menjadi pedoman sehingga penelitian selanjutnya bisa fokus pada saraf tersebut, tanpa menganggu fungsi lain seperti keseimbangan tubuh. Pasalnya, ada beberapa pengobatan tidur yang menganggu fungsi saraf lainnya.

Penelitian pertama Saper tentang hubungan saraf dan sulit tidur diujikan kepada tikus. Hasilnya, hewan yang tidak memiliki saraf  nukleus bentrolateral preoptic tersebut mengalami insomnia parah.

Kemudian, ketika diuji pada 1.000 orang yang pernah mengikuti tes ingatan dan penuaan pada 1997, saat responden berusia 65 tahun dan masih sehat. Peserta diwajibkan menggunakan perangkat menyerupai jam selama 7-10 hari, setiap dua tahun. Jam tersebut berfungsi untuk mencatat pergerakan mereka. Setelah meninggal, sebagian responden tersebut setuju untuk menyembungkan otak mereka untuk penelitian.

Saper menguji 45 buah otak, hasilnya semakin sedikit saraf yang dimiliki seseorang, semakin terganggu tidur orang tersebut. Otak dengan jumlah saraf terbesar (sekitar 6.000) dimiliki orang yang tidur lebih lama dan tidak terganggu.

Hubungan ini pun diketahui juga terjadi pada kematian karena penyakit Alzheimer. "Penemuan ini mengejutkan karena ternyata penderita Alzheimer kehilangan saraf-saraf ini dengan sangat cepat," kata Saper. "Yang paling sedikit sarafnya, paling terganggu tidurnya," ujarnya.

Penderita Alzheimer sering mengalami gangguan tidur, seperti tidur berjalan. Saper berharap, penemuan Alzheimer ini dapat menjadi kunci untuk mengetahui cara membuat penderitanya tetap dapat tenang di rumah dengan keluarga.

"Bila kita dapat mengembangkan pengobatan untuk Alzheimer terkait kesulitan tidur mereka tanpa harus meningkatkan risiko terjatuh, mereka dapat dirawat di rumah saja," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com