Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/09/2014, 11:39 WIB

KOMPAS.com - Bertambahnya berat badan dan tinggi badan merupakan salah satu kriteria anak mendapatkan cukup gizi. Namun, kecerdasan dan perkembangan motorik anak juga perlu dipantau agar tumbuh kembangnya optimal.

"Tentu kita sebagai orangtua tidak puas kalau anak hanya tumbuh saja. Percuma berbadan tinggi tapi anak tidak bisa berinteraksi dengan baik. Anak juga harus mampu berpikir, aktif secara fisik, dan mampu merespon stimulus," kata Prof.Ali Khomsan dari Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, dalam acara Peluncuran Toolkit kader Posyandu TAT di Jakarta (30/8/14).

Anak yang sehat dan cerdas bukan hanya menjadi dambaan orangtua, tapi akan menentukan kualitas sumber daya manusia suatu negara. Keberhasilan mencukupi kualitas nutrisi dan stimulasi pada 1000 hari pertama kehidupan, yang berjalan sejak bayi dalam kandungan sampai usia dua tahun, sangat menentukan kehidupan masa depan anak.

Salah satu cara untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak adalah dengan rutin membawanya ke posyandu. Pelayanan posyandu yang sudah ada sejak era pemerintahan Soerharto sendiri telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Sayangnya citra posyandu lebih erat dengan kegiatan penimbangan berat badan bayi dan imunisasi saja.

Hal tersebut tercermin dari hasil studi implementasi pelaksanaan posyandu TAT (Tumbuh Aktif Tanggap) yang dilakukan di 19 provinsi pada pertengahan tahun 2013 - 2014. Usia anak yang paling banyak datang ke posyandu TAT adalah usia 13-24 bulan (43,6 persen). Namun terjadi penurunan kunjungan anak usia di atas 3 tahun yang hanya 4,6 persen.

"Orangtua menganggap pergi ke posyandu hanya penting sampai anak usia 3 tahun. Padahal pemantauan harus terus dilakukan sampai usia 5 tahun. Jika tidak dipantau dan ada masalah pada tumbuh kembangnya, akan sulit melacak riwayat kesehatannya," ujar Ali.

Dok Nestle Salah satu sesi pelatihan kader posyandu.

Salah satu cara untuk membuat orangtua tetap membawa balita mereka ke posyandu adalah meningkatkan kualitas layanan. Dalam posyandu TAT para kader didorong untuk meningkatkan fungsi penyuluhan.

"Para kader posyandu sebenarnya sangat haus akan informasi sebagai bekal mereka dalam melaksanakan tugas sebagai penyuluh. Sejak ada pembekalan bagi para kader dan pemberian toolkit yang disusun para pakar, terjadi peningkatan tingkat kunjungan ke posyandu," kata Soesilawati Soebekti, Ketua IV Tim Penggerak PKK Pusat, dalam acara yang sama.

Jika sebelumnya meja keempat (meja penyuluhan) sering kosong, kini para kader mulai aktif memberikan informasi tentang aspek pertumbuhan dan perkembanga anak. Para kader juga memiliki check list pengukuran keaktifan dan kemampuan respon anak (tanggap). Check list tersebut memiliki beberapa indikator berbeda, tergantung kelompok umur dan jenis kelamin anak.

"Bila ditemui ada gangguan tumbuh kembang, para kader akan memberikan rujukan ke puskesmas karena kader tidak bisa melakukan perbaikan," kata Ali.

Pembekalan bagi para kader diadakan oleh tim penggerak PKK Pusat dan PT.Nestle sejak tahun 2011 dan telah menjangkau lebih dari 21.500 kader di lebih dari 4000 posyandu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com