Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/09/2014, 17:57 WIB
Dr. Andreas Prasadja, RPSGT *

Penulis


KOMPAS.com - Mendengkur sepertinya sudah lazim dianggap sebagai tidur yang pulas. Bahkan di antara sahabat suara ngorok jadi semacam candaan. Tapi jangan salah, orang yang tidur mendengkur bisa jadi bertaruh nyawa dalam tidurnya. Pendengkur juga rendah produktivitas dan dapat membahayakan lingkungan kerja serta keselamatan berkendara.

Sleep Apnea

Saat tidur saluran nafas pendengkur rileks hingga menyempit dan menciptakan getaran sepanjang saluran nafas atas. Ini yang sebabkan suara dengkuran. Tetapi tahap lanjutannya yang berbahaya. Saluran nafas bisa tersumbat sama sekali hingga udara tak ada yang lewat. Jadi walau ada gerakan nafas, tak ada udara yang lewat. Pada saat ini dengkuran tiba-tiba hilang. Seolah sesak tiba-tiba penderita terbangun dan menimbulkan suara keras untuk mengambil nafas. Refleks bangun singkat ini tak disadari pendengkur, setelahnya ia tertidur kembali dengan pulas.

Sepanjang malam pendengkur bisa terbangun-bangun puluhan kali tanpa sadar. Akibatnya di pagi hari ia merasa tak segar dan terus mengantuk di siang hari, walau ia tidur cukup. Kondisi ini disebut hipersomnia, atau kantuk berlebihan walah tidur sudah cukup. Jangan cap orang yang tidur ngorok sebagai pemalas. Mereka alami kantuk berlebihan, dan sangat berbahaya jika harus mengoperasikan alat berat atau berkendara.

Kesehatan

Sedari awal sejarahnya, sleep apnea justru ditemukan pada penderita hipertensi yang mengalami kantuk berlebihan. Lalu dengan berbagai penelitian yang dilakukan, kini kita telah mengetahui bagaimana mendengkur ternyata jauh lebih berbahaya.

Sleep apnea memberikan tekanan luar biasa pada sistem kardiovaskular dan metabolisme kita. Efek naik turunnya oksigen sepanjang malam dan kerja jantung yang meningkat pada saat tidur berperan besar munculnya berbagai penyakit jantung. Beberapa penelitian bahkan mengaitkan dengkuran dengan daya tahan tubuh terhadap pertumbuhan sel-sel kanker.

Saat ini mendengkur telah dinyatakan sebagai penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung, diabetes, obesitas, stroke, gangguan kehamilan hingga disfungsi seksual.

Keselamatan

Kantuk berlebih yang diakibatkan sleep apnea juga tak dapat dianggap remeh. Peraturan di Inggris sudah menyatakan bahwa pendengkur yang belum dirawat tak boleh berkendara. Surat Ijin Mengemudi penderita ditahan oleh dinas lalu lintas hingga dinyatakan sehat kembali oleh dokter ahli kesehatan tidur.

Awal Desember 2013 sebuah kereta melenceng keluar dari rel di New York, AS. Kecelakaan ini menyebabkan kematian 4 orang dan melukai puluhan lainnya. Dalam penyidikan selanjutnya, masinis diketahui menderita sleep apnea. Setelah gunakan CPAP selama 30 hari, ia menyatakan merasa lebih bugar dan berenergi dibanding sebelumnya. Rasa yang telah lama hilang dari hidupnya, bahkan saat bangun pagi.

Ya, berkendara dalam keadaan mengantuk sama bahaya dengan mabuk. Itulah sebabnya Federation of Aviation Administration (FAA), AS, mensyaratkan agar para pilot menjalani pemeriksaan tidur di laboratorium tidur setidaknya setahun sekali. Peraturan yang sama akan diberlakukan bagi pengemudi truk di Amerika dalam waktu dekat.

Dengkur?

Pendengkur dapat memeriksakan dirinya ke klinik-klinik gangguan tidur yang kini mulai banyak terdapat di berbagai rumah sakit besar di Indonesia. Ada pemeriksaan unik yang harus dijalani, yaitu pemeriksaan tidur.

Pemeriksaan tidur di laboratorium tidur, yang menggunakan alat bernama polisomnografi, merupakan pemeriksaan standar untuk mendiagnosis sleep apnea. Jangan bayangkan laboratorium tidur itu seperti ruang rumah sakit yang penuh alat menyeramkan. Sebaliknya laboratorium tidur harus utamakan kenyamanan agar penderita bisa tidur.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com