Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/09/2014, 13:05 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber Daily Mail


KOMPAS.com -
Mereka yang rentan terkena migram di usia paruh baya ternyata kelak dua kali berisiko terkena penyakit Parkinson. Penelitian menemukan mereka yang mengalami migren aura dengan tanda-tanda awal seperti melihat sinar berkelip-kelip paling berisiko kena Parkinson.

National Health Service Inggris memperkirakan satu dari lima wanita dan satu dari 15 pria menderita migren. Migren itu khususnya diderita di awal masa dewasa.

Hingga kini masih belum diketahui secara pasti penyebab migren. Diperkirakan migren merupakan hasil perubahan sementara kimiawi dan pembuluh darah di otak. Sekitar separuh dari penderita migren memiliki keluarga dekat yang juga terkena migren. Diperkirakan gen berperan mempengaruhi terjadinya migren.

Dr. Ann Scher dari Uniformed Services University di Bethesda mengatakan,"Migren adalah penyakit otak paling umum yang dialami pria dan wanita. Penyakit ini dikaitkan dalam penelitian lain dengan penyakit jantung dan cerebrovaskular." Penelitian baru menemukan mereka yang terkena migren aura ternyata berisiko terkena Parkinson di masa depan.

Disfungsi pembawa pesan otak bernama dopamin umum terjadi pada penderita Parkinson dan restless legs syndrome (RLS). Peneliti memperkirakan disfungsi dopamin ini sebagai penyebab migren selama bertahun-tahun belakangan ini.

Gejala migren seperti menguap berlebihan, mual, dan muntah diperkirakan terkait dengan stimulasi reseptor dopamin. "Riset-riset lebih jauh seharusnya memfokuskan diri mengeksplorasi kemungkinan kaitan ini lewat studi genetika. Sementara riwayat migren tekrait dengan peningkatan risiko Parkinson's, risiko terjadinya masih cukup rendah," ujar Scher.

Studi itu diterbitkan secara daring di Neurology, the medical journal of the American Academy of Neurology. Studi tersebut meneliti 5.620 orang usia antara 33 dan 65 selama lebih dari 25 tahun. Pada permulaan studi, 3.924 peserta tak menderita sakit kepala, 1.028 orang tak mengalami gejala migren, 238 menderita migren tanpa aura dan 430 menderita migren aura.

Tahun demi tahun berlalu dan peserta penelitian diukur untuk mencari gejala-gejala Parkinson, sudah didiagnosa terkena Parkinson atau mengalami gejala restless legs syndrom, yang juga dikenal dengan penyakit Willis-Ekbom.

Dari pengukuran ditemukan 2,4 persen penderita migren aura menderita Parkinson. Sementara hanya 1,1 persen dari yang tak menderita sakit kepala menderita Parkinson. Mereka yang menderita migren aura 3,6 kali lipat dilaporkan memiliki setidaknya empat sampai enam gejala Parkinson. Sedangkan mereka yang menderita migren tanpa aura mengalami 2,3 kali gejala-gejala Parkinson.

Prof. David Burn, Direktur Klinis Parkinson dari Inggris mengatakan,"Penderita migren tak pelru khawatir akan adanya penelitian ini. Kendati hasil penelitian menemukan migren meningkatkan risiko Parkinson di kemudian hari, risiko ini masih sangat rendah. Kami sudah mengetahui ada kaitan kecil antara migren dan Parkinson. Bila kelak ada penelitian yang berhasil membuktikan, gejala migren harus dimasukkan sebagai gejala awal mereka yang berisiko tinggi terkena Parkinson." 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau