Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2014, 15:36 WIB
Kontributor Yogyakarta, Gandang Sajarwo

Penulis


YOGYAKARTA, KOMPAS.com – Kaktus, tumbuhan yang banyak dijumpai di daerah kering dan tandus ini selama ini hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Namun tumbuhan yang dipenuhi duri ini ternyata dapat menjadi obat untuk mempercepat penyembuhan luka.

Adalah empat mahasiswa Fakultas Kedokteran UGM yaitu Ruli Aulia, Nadira, Ditya Devale Rinenggo, dan Arief Budiyanto, serta Khairunnisa SY mahasiswa Fakultas Farmasi yang berhasil memformulasikan ekstrak kaktus centong (Opuntia littoralis) menjadi gel obat luka yang diberi nama Cactocure.

“Dari studi literatur dan penelitian diketahui kaktus memiliki kandungan flavonoid, vitamin E, vitamin C dan pektin yang tinggi. Misalnya saja dalam 100 gram ekstrak kaktus memiliki kandungan vitamin C tiga kali lebih tinggi dari buah jeruk. Selain itu juga memiliki vitamin E setara dengan brokoli. Keempat macam zat tersebut mampu mempercepat penyembuhan luka,” kata Nadira Jumat ( 26/9/2014 ) di UGM.

Pembuatan gel dimulai dengan mengekstrak kaktus centong. Kaktus sebanyak 1,5 kg dipotong durinya, dicuci kemudian dipotong dadu. Potongan-potongan tersebut kemudian diblender dengan air sebanyak 3800 mL. Setelah itu, hasilnya diidiamkan selama 24 jam. Larutan yang diperoleh disaring dan dibuang ampasnya lalu diuapkan selama 48 jam hingga pekat.

“Dari 1,5 kg kaktus diperoleh ekstrak sebanyak 100 gram. Kami memanfaatkan kaktus centong yang banyak tumbuh liar di Pantai Samas,” ujar Nadira.

Untuk mengetahui keamanan bahan, ekstrak kaktus terlebih dahulu diuji cobakan secara in vitro pada kultur sel fibroblast manusia. Pada hari kedua pengamatan diketahui bahwa pada sel fibroblast yang telah ditekan pertumbuhannya dan diaplikasikan ekstrak kaktus memiliki jumlah sel yang setara dengan sel normal.

“Ekstrak kaktus ternyata tidak beracun untuk sel manusia. Bahkan dari uji ini membuktikan bahwa kaktus memiliki substansi aktif yang bisa meregenerasi kulit,” jelasnya.

Setelah diketahui aman untuk sel kulit manusia, Nadira dan kawan-kawan melanjutkan penelitian dengan membuat sediaan gel ekstrak kaktus. Sediaan gel sebanyak 100 gram dibuat dengan konsentrasi ekstrak 2,5 persen. Kemudia dilakukan uji secara in vivo pada tikus putih jantan jenis Rattus novergicus. Tikus yang digunakan sebanyak 24 ekor dengan usia rata-rata 2 bulan dan berat 100-150 gram yang dibagi menjadi 4 kelompok.

“Setiap tikus dilukai di empat tempat untuk diberikan gel ekstrak kaktus,” katanya. Dari pengamatan mikroskopis, diketahui gel kaktus centong dapat meningkatkan pembentukan kolagen, re-epitelisasi, pembentukan membrana basalis, serta pembentukan pembuluh darah baru pada luka.

Setelah 8 hari, diketahui tikus yang diaplikasikan gel lukanya lebih cepat mengecil hingga 90 persen. Sedangkan yang tidak diberi gel penutupan luka hanya mencapai 80 persen. “Dengan aplikasi gel ekstrak kaktus sel di jaringan yang luka bisa tumbuh subur dalam jumlah banyak untuk regenerasi kulit,” jelas Nadira.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com