Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RS dan Puskesmas Bisa Jadi Rujukan Pasien Terduga Ebola

Kompas.com - 18/10/2014, 14:10 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Rumah sakit dan sejumlah puskesmas bisa menjadi rujukan pelayanan pasien terduga virus ebola. Layanan ini diperluas untuk mengantisipasi perkembangan virus yang membahayakan itu meskipun hingga kini belum ada pasien terduga ebola di Jakarta.

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan Dinas Kesehatan Jhon Marbun mengatakan, layanan pasien terduga ebola tidak hanya di tiga rumah sakit yang disiapkan. Rumah sakit yang dimaksud adalah Rumah Sakit Sulianti Saroso (Jakarta Utara), RS Persahabatan (Jakarta Timur), dan RS Gatot Subroto (Jakarta Pusat).

”Namun, layanan diperluas mengingat bahaya penyebaran virus. Semua rumah sakit dan puskesmas bisa menjadi rujukan. Agar layanan menjadi semakin cepat,” kata Jhon Marbun, Jumat (17/10), di Jakarta.

Walau belum terdeteksi penyebaran virus, Dinas Kesehatan DKI bekerja sama dengan Kantor Imigrasi dan Kementerian Kesehatan siaga menangkal penyebaran virus itu. Pemprov DKI sudah menempatkan tim medis di pintu masuk orang asing seperti di Bandar Udara Soekarno Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok.

”Tim dan peralatan yang ada di tempat kedatangan juga terus disiagakan,” kata Jhon.

Direktur Utama RSUPN Cipto Mangunkusumo Dr Czeresna Heriawan Soedjono mengatakan, tidak ada penetapan khusus dari pemerintah untuk menjadikan RSCM sebagai rumah sakit rujukan pasien terduga ebola. Meskipun demikian, rumah sakit ini sudah bersiap bilamana ada pasien terduga ebola.

”Kalau ada pasien dengan penyakit yang sangat menular, kami punya ruang isolasi,” kata Heriawan.

Dengan ruang isolasi ini, pasien terduga ebola akan menjalani pemeriksaan khusus dengan alat-alat yang dikhususkan untuk pasien tersebut. Selain ruang dan peralatan, RSCM juga memberikan sosialisasi bagi petugas medis dan paramedis dalam penanganan pasien ebola.

”Kalau melihat gejala dan potensi penularan lewat sentuhan, kami menyosialisasikan penyakit ini kepada petugas medis dan paramedis agar mereka bisa menangani dengan tepat tanpa ikut tertular. Tetapi, tidak ada pelatihan khusus bagi petugas kami,” ujarnya.

Merujuk kasus penanganan pasien ebola di Spanyol dan Texas, Amerika Serikat, petugas medis dan paramedis mesti ekstra hati-hati dalam menangani pasien agar tidak ikut tertular penyakit yang mematikan ini. Di Spanyol, satu perawat tertular ebola setelah merawat dua pasien dari Afrika Barat (Kompas, 10 Oktober 2014). Kejadian serupa dialami perawat di sebuah rumah sakit di Texas, Amerika Serika (Kompas, 17 Oktober 2014).

Membantu pencegahan penyebaran virus, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil menjalin koordinasi dengan Kantor Imigrasi. Hasil pendataan dua instansi tersebut, di Jakarta terdapat 111 warga Nigeria, 26 warga Guinea, 13 warga Liberia, dan 16 warga Sierra Leone.

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta Purba Hutapea mengatakan, negara-negara itu merupakan tempat merebaknya virus ebola. (ART/NDY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com