Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/10/2014, 14:50 WIB
dr Andri, SpKJ, FAPM

Penulis


Saya tertarik membaca tulisan di Kompas Health “Orang Indonesia Ingin Sehat, Tapi Tak Mau Berusaha” yang dituliskan 22 Oktober 2014. Tulisan ini menyoroti bahwa pada intinya orang Indonesia mengetahui bagaimana pola dan perilaku sehat namun tidak mau menjalaninya.

Terlihat bahwa dalam survei dikatakan bahwa jumlah perokok di Indonesia sangat banyak walaupun orang Indonesia tahu bahaya merokok.

Saya jadi mengingat kembali kuliah saya “Perilaku Sehat” yang saya berikan kepada mahasiswa fakultas kedokteran semester pertama. Kuliah “Perilaku Sehat” ditujukan bagi mereka karena sering kali kita dalam kehidupan sehari-hari mempunyai masalah dalam mengubah perilaku ke arah yang lebih sehat. Bukan karena kita tidak tahu teori hidup sehat tetapi kita sering kali kesulitan mengubah perilaku menjadi lebih sehat.

Sarafino tahun 2004 telah mengemukakan teori tentang perilaku sehat. Definisi perilaku sehat menurut Sarafino adalah “Segala aktifitas yang dilakukan seseorang untuk mempertahankan, atau meningkatkan kesehatannya, tidak tergantung status kesehatannya saat itu dan atau apakah perilaku yang dilakukannya mencapai hal tersebut”. Sehingga menurut Sarafino apa yang dimaksud dengan perilaku sehat bukan hanya bertujuan mencegah penyakit datang tetapi juga tindakan yang kita lakukan saat menyadari kita akan sakit atau sedang sakit.

Hal yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat

Tidak salah jika dikatakan bahwa hal yang paling penting dalam perubahan perilaku adalah proses pembelajaran. Secara teori kita tahu bahwa perilaku sehat harus dipelajari lewat proses belajar dan perilaku itu berubah karena ada konsekuensinya.

Kebanyakan dalam kehidupan kita sehari-hari konsekuensi yang ingin didapatkan adalah penghargaan (reward). Seseorang ingin melakukan suatu perubahan karena ada “imbalan” atau penghargaan yang ingin dia dapatkan. Kita melakukan diet sehat dan olahraga karena ingin sehat. Kita berobat ke dokter saat sakit agar menjadi sembuh.

Salah satu pembelajaran perilaku sehat juga berlangsung lewat observasi. Kita sering melihat banyak orang mendapatkan keberhasilan dalam menjalankan diet sehat dan olahraga. Kita menjadi termotivasi melakukan hal tersebut dan ingin mencari tahu bagaimana hal-hal tersebut dilakukan.

Individu akan lebih cenderung meniru perilaku orang yang setara dengan dirinya baik secara umur, usia dan ras. Selain itu juga orang yang dianggap lebih tinggi status sosial atau derajatnya dari individu cenderung lebih mudah diikuti.

Artis dan selebriti sering menjadi ikon suatu gaya hidup, perilaku atau menjadi bintang iklan. Hal ini dikarenakan artis mempunyai banyak fans yang sekiranya akan mengikuti gaya hidup dan perilaku dari idolanya tersebut.

Mengapa sulit berubah?

Walaupun secara teoritis kita telah mengetahui teori-teori tentang kesehatan dan bagaimana menjaga kesehatan, sering kali kita kesulitan untuk berubah. Tidak heran walaupun kita tahu tentang bahaya merokok, individu tetap banyak saja yang merokok bahkan tenaga kesehatan sendiri sekalipun.

Tahapan perubahan perilaku

Fase awal yang biasa disebut fase pre-kontemplasi disebutkan merupakan tahap individu belum mau mengubah perilakunya. Individu masih dalam tahapan “tidak peduli” dengan segala macam teori yang ada tentang perilaku sehat. Saat fase ini walaupun individu diberikan berbagai macam informasi kesehatan dan perubahan perilaku sehat, tidak akan banyak mengubah persepsinya tentang kesehatan.

Fase kedua adalah fase kontemplasi. Individu pada fase ini mulai menyadari adanya masalah kesehatan yang berkaitan dengan belum berubahnya perilaku dirinya. Sayangnya individu belum ada komitmen untuk berubah. Fase kedua ini biasanya individu mulai menyadari bahwa informasi kesehatan yang dia terima selama ini ada benarnya juga. Saat fase ini biasanya individu sudah mulai terbuka pikirannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com