Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Ebola, Kemenkes Periksa Sampel Darah TKI dari Liberia

Kompas.com - 02/11/2014, 19:00 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tengah memeriksa sampel darah GN (46), tenaga kerja Indonesia (TKI) yang baru saja pulang dari Liberia. Pemeriksaan ini guna mengantisipasi virus ebola masuk ke Indonesia.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes)  Kemenkes RI, Tjandra Yoga Aditama mengatakan sampel darah itu telah diterbangkan dari Bandara Juanda, Surabaya, ke Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, pada Sabtu (1/11/2014).

Sampel darah kemudian langsung diperiksa di laboratorium dengan biological safety cabinet BSC-3 dan laboratorium biosafety level BSL 3.

Pemeriksaan sampel darah ini bukan yang pertama kali. Kurang dari 1 bulan lalu, Balitbangkes Kemenkes RI pernah melakukan pemeriksaan terhadap 3 sampel yang diduga ebola, yaitu terhadap 2 warga negara Indonesia dan 1 warga negara asing. Ketiganya pun dinyatakan negatif.

Sementara itu, GN kini masih menjalani perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pare, Kediri, Jawa Timur. Waspada ebola ini karena GN menderita sakit demam setelah pulang dari Liberia. Sejauh ini, kondisi GN pun berangsur membaik.

Tjandra menceritakan, selama perjalanan ke Indonesia tidak ada WNI yang mengeluh sakit. Secara kebetulan, Tjandra juga berada dalam pesawat yang sama dengan 29 TKI dari Liberia termasuk GN.

"Waktu berangkat dari Monrovia juga sudah dilakukan exit screening," terang Tjandra.

Saat tiba di Indonesia pada 26 Oktober 2014, mereka juga langsung menjalani pemeriksaan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP). Saat itu semua kondisi TKI dinyatakan sehat. Mereka juga akan diawasi kesehatannya selama 21 hari. Menurut Tjandra, karantina juga tidak perlu dilakukan jika sebelumnya tidak terdapat riwayat kontak pada kasus.

"Namun bagaimanapun juga kesiapan dan kewaspadaan dari petugas kesehatan tetap harus dilakukan, yaitu contact tracing dengan lima kemungkinan langkahnya" imbuh Tjandra.

Diberitakan sebelumnya, pada 28 Oktober 2014, GN mengeluhkan rasa nyeri saat menelan. Suhu tubuh GN juga sempat mencapai 38,6° C. Namun, kondisi itu tidak diikuti gejala klinis lainnya, seperti pendarahan, anorexia dan muntah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com