Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/11/2014, 21:44 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA,KOMPAS.com - Jamu telah digunakan masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun lalu sebagai obat tradisional.  Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, sebanyak 30,4 persen rumah tangga memanfaatkan pelayanan tradisional dan 49 persen diantaranya menggunakan ramuan jamu. Konsumsi jamu dipercaya dapat menjaga kesehatan dan kebugaran.

Jamu pun menjadi bahan penelitian menarik bagi Lestari Handayani. Ia meneliti jamu sejak 1990. Menurut dia, keberadaan jamu sebagai kearifan lokal masyarakat kini mulai mendapat pengakuan dari kalangan profesi kesehatan.

"Kondisi itu mendorong keinginan saya untuk menonjolkan peran budaya minum jamu dalam kerangka pelayanan di Indonesia," ujar Lestari dalam acara pengukuhannya sebagai Profesor Riset Kementerian Kesehatan (Kemenkes) di Gedung Kemenkes, Senin (24/11/2014).

Lestari mengatakan, jamu dalam pelayanan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan dengan pembuktian ilmiah. Kemenkes pun sebelumnya telah menetapkan kebijakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan.

"Pembuktian ilmiah membuat jamu semakin dipercaya di kalangan kedokteran sehingga sudah selayaknya jamu menjadi perbekalan kesehatan dalam pelayanan kesehatan formal," kata Lestari.

Sejauh ini jamu sering digunakan untuk memperlancar air susu ibu jamu sehat bagi perempuan. Sementara itu, jamu untuk pengobatan diantaranya jamu sesak napas, jamu rematik, jamu cacingan, jamu ulu hati, dan jamu wasir.

Lestari mengatakan, kini jamu tak hanya didapat dari penjual jamu gendong, tetapi di toko jamu, di mal atau pusat perbelanjaan. Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan (BPOM) juga diminta mengawasi peredaran jamu. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com