Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/01/2015, 15:03 WIB

KOMPAS.com - Kegemukan pada anak dapat mengganggu perkembangan kognitif dan terbawa hingga dewasa yang meningkatkan risiko kesehatan. Untuk itu, kegemukan perlu dicegah antara lain dengan membatasi konsumsi minuman berkalori, beraktivitas fisik, dan minum air yang cukup.

Beberapa masalah kesehatan terkait obesitas atau kegemukan pada anak, antara lain, kolesterol tinggi, hipertensi, resistensi insulin, diabetes melitus tipe 2, sindrom metabolik, kanker payudara, dan kolorektal.

Hal itu terungkap dalam diskusi bertema ”Asupan Air Seimbang Cegah Obesitas pada Anak dan Remaja”, Rabu (21/1), di Jakarta.

Dokter spesialis anak dari Divisi Nefrologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia-Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (FKUI-RSCM), Sudung O Pardede, mengatakan, kegemukan terjadi akibat kelebihan kalori yang menumpuk. Hal itu karena asupan energi yang masuk ke tubuh lewat makanan lebih besar daripada tenaga yang dikeluarkan untuk beraktivitas.

Kalori yang dibutuhkan untuk beraktivitas sehari-hari sebenarnya tercukupi dari makanan dan minum air putih. Namun, anak kerap mengonsumi minuman berkalori untuk memenuhi kebutuhan airnya. Akibatnya, asupan kalori berlebih dan menyebabkan kegemukan.

”Pengalaman di Amerika Serikat, mayoritas orang yang kegemukan saat dewasa sudah terbiasa mengonsumsi minuman berkalori sejak masih anak-anak,” kata Sudung.

Data Badan PBB untuk Anak- anak (Unicef) dalam laporannya tahun 2012 menunjukkan, Indonesia menempati urutan pertama negara dengan tingkat obesitas pada anak di kawasan ASEAN, yakni 12,2 persen. Angka tersebut jauh di atas negara wilayah Asia Tenggara lain yang juga memiliki masalah obesitas, seperti Thailand (8 persen), Malaysia (6 persen), dan Vietnam (4,6 persen).

Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan, prevalensi obesitas pada anak usia 5-12 tahun 8,8 persen, remaja usia 13-15 tahun 2,5 persen, dan remaja usia 16-18 tahun sebesar 1,6 persen.

Gizi seimbang

Guru Besar Bidang Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Hardinsyah memaparkan, sebaiknya anak sudah dibiasakan untuk mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang. Artinya, gizi yang masuk sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh.

Selain itu, yang tidak kalah penting adalah menjaga kecukupan air (hidrasi), karena dua pertiga tubuh adalah air. Kecukupan air dinilai sangat penting lantaran 78 persen otak adalah air, sehingga kondisi kekurangan air (dehidrasi) dapat mengganggu fungsi kognitif.

Ketika aktivitas fisik anak meningkat, misalnya karena berolahraga, kebutuhan tubuh terhadap air juga naik. Sayangnya, kebutuhan air kerap dipenuhi dengan mengonsumsi minuman berkalori.

”Anak-anak cenderung tak suka jika minum air putih saja, tetapi lebih suka minum air yang ada rasanya. Kebutuhan airnya memang terpenuhi, tapi kalorinya jadi berlebih,” kata Sudung.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal-hipertensi dari FKUI-RSCM, Parlindungan Siregar, menjelaskan, air yang cukup dalam tubuh berfungsi membantu metabolisme zat-zat dalam tubuh. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com