Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/02/2015, 10:59 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com  -
Kementerian Perdagangan melarang penjualan pakaian bekas impor karena berdasarkan uji laboratorium, pakaian itu mengandung banyak bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Kementerian Perdagangan mengaku menemukan 216.000 koloni bakteri per gram dalam celana impor bekas.

Temuan itu berdasarkan uji laboratorium terhadap celana impor yang diduga terkena bekas menstruasi. Hasil uji tersebut diketahui dengan mengambil sampel 25 baju dan celana bekas impor dari Pasar Senen, Jakarta.

Pakaian bekas yang tidak dicuci bersih pun diketahui berisiko membahayakan kesehatan kulit. Dokter spesialis kulit Ratna Komala mengatakan, yang paling mudah menular pada kulit adalah jamur.

“Pakaian bekas kan ada jamur, itu yang dapat menular. Yang berisiko tinggi karena bakteri-bakteri itu juga banyak sekali dari pakaian dalam,” ujar Ratna saat dihubungi Kompas.com, Rabu (4/2/2015).

Infeksi jamur ini umumnya membuat kulit seseorang terasa gatal-gatal. Bisa juga memunculkan bercak-bercak putih seperti panu. Jamur tersebut bisa saja menular ketika mencoba-coba pakaian bekas yang langsung menyentuh kulit.

Jamur pun tetap bisa menular jika pakaian bekas tidak dicuci dengan bersih. Jika dibiarkan, penyakit jamur juga bisa menular ke anggota keluarga yang berada dalam satu rumah.

“Misalnya jamur, dalam satu rumah bisa ketularan juga. Bisa gatal-gatal, bercak-bercak. Pengobatan bisa lama sampai dua bulan,” terang Ratna.

Tak hanya itu, pakaian juga bisa menularkan penyakit herpes, yaitu penyakit kulit yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini berupa gelembung cair seperti cacar pada kulit. Jika pakaian terkena gelembung cair yang pecah, maka dapat menularkan kepada orang lain yang juga akan memakai pakaian tersebut.

“Bisa (menular lewat pakaian), terutama skin to skin contact,” kata Ratna.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com