Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bedah Minimal Invasif untuk Jantung Makin Berkembang

Kompas.com - 04/03/2015, 17:19 WIB

KOMPAS.com - Selain operasi jantung terbuka, saat ini prosedur untuk melebarkan pembuluh arteri yang tersumbat sudah bisa dilakukan dengan melakukan operasi minimal invasif atau yang disebut dengan angioplasti.

Kerusakan pembuluh darah terjadi karena sejumlah faktor, antara lain penyempitan pembuluh darah akibat tumpukan kolesterol dan pelebaran pembuluh darah karena tekanan darah tinggi. Jika dibiarkan, akan menyebabkan pembuluh darah pecah yang berisiko kematian.

Kelebihan metode bedah minimal invasif antara lain lebih cepat, akurat, dan tentu saja memiliki efek samping lebih kecil. Sayangnya, teknik bedah ini belum banyak dimanfaatkan pasien di Tanah Air. Kebanyakan pasien melakukan operasi ini di luar negeri.

"Operasi jantung di Indonesia setiap tahunnya ada sekitar 4000 kasus, padahal potensinya sekitar 20.000 kasus, sementara kebanyakan memilih operasi di luar negeri yang sekitar 2000 kasus," kata dr. Maizul Anwar, spesialis bedah jantung dari RS Siloam Kebon Jeruk.

Ia mengatakan, banyak pasien yang menganggap teknologi kedokteran di negara lain lebih canggih. Padahal, di sini juga ada fasilitas dan tenaga medis yang kompeten.

“Semua teknologi operasi jantung yang dilakukan di Indonesia, baik itu teknik minimal invasive  ataupun teknik operasi yang biasa sudah memiliki standar yang sama dengan teknologi yang ada di luar negeri, jadi orang Indonesia yang ingin melakukan operasi jantung tidak perlu khawatir lagi”, jelas Maizul.

Penggunaan teknologi bedah minimal invasif memang kini jadi keunggulan banyak rumah sakit di Indonesia, khususnya di kota-kota besar. Penggunaan bedah ini juga memiliki lebih banyak keuntungan.

Dibanding bedah konvensional, bedah minimal invasif memiliki waktu perawatan lebih singkat di rumah sakit, penyembuhan lebih cepat, dan luka lebih kecil.

Meski demikian, rendahnya pemanfaatan teknologi ini mungkin berkaitan dengan biaya yang lebih mahal.

“Untuk penanganan kasus bedah menggunakan teknik ini memang cukup mahal, bisa mencapai sekitar 150 juta atau sekitar 2 kali lipat dari harga teknik operasi yang biasa. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan sangat khusus dan hanya untuk sekali pakai”, katanya.   (Monica Erisanti)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com