Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Membaca Rekaman Medis Saat Opname Kurangi Cemas Pasien

Kompas.com - 12/03/2015, 14:09 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Pasien sekarang sudah makin 'kepo' alias ingin tahu. Ketika berada di ruang praktik dokter, mereka banyak bertanya tentang penyakit yang diderita maupun tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya. Begitu juga kala opname. Di saat opname ini, selain rajin bertanya, ada baiknya meminta rekaman medis Anda. 

Saat ini, pasien lebih sering mendapatkan akses terhadap rekaman medis elektronik dari hasil pemeriksaan kesehatan dan penanganan rawat jalan. Tetapi biasanya hanya setelah perawatannya lengkap dan bukan untuk prosedur ketika mereka berada di rumah sakit. 

Namun, penelitian terbaru menunjukkan, pasien yang diperbolehkan melihat rekaman medisnya saat di rumah sakit, kekhawatiran dan kebingungan mereka bisa reda. Tambahan lagi, tindakan ini tidak membebani kerja dokter maupun perawat. 
 
Dengan cara ini, peningkatan transparansi bisa tercapai saat pasien berada di rumah sakit untuk rawat inap atau opname. "Yang tentunya akan membuat mereka lebih terlibat dalam perawatannya, menjadi lebih puas, dan lebih cenderung untuk bertanya serta menangkap kesalahan. Walau pasien tidak berpikir mereka bisa menangkap kesalahan medis,” ujar pimpinan penelitian Dr. Jonathan Pell, asisten profesor di University of Colorado, Denver. 

Namun yang mengejutkan para periset, banyak dari dokter maupun perawat tidak melihat beban kerjanya meningkat ketika pasien meminta akses terhadap rekaman medisnya. Sementara pasien juga tidak menjadi khawatir atau bingung setelah membaca rekam medisnya.

Hasil ini diperoleh setelah Dr. Pell beserta koleganya memberikan komputer tablet kepada 50 orang pasien yang rata-rata berusia 42 tahun. Mereka dipilih karena tahu cara menggunakan internet. Selain itu, kebanyakan dari mereka memiliki komputer di rumah. Dan lebih dari setengahnya membawa laptop maupun ponsel pintar ketika di rumah sakit. 

Sekitar 92 persen dari pasien berpikir meninjau grafik elektronik akan membantu mereka memahami kondisi medis dan 80 persennya berharap hal ini akan membantu mereka memahami instruksi dokter. Setelah meninjau grafik elektroniknya, gambaran ini turun menjadi 82 persen dan 60 persen. 
 
Tetapi di saat bersamaan, ketakutan pasien bahwa membaca rekaman medis akan membuat mereka lebih khawatir dan bingung, tidak terjadi. Sebaliknya, proporsi pasien yang khawatir turun menjadi 18 persen dari 42 persen serta kebingungan berkurang dari 52 persen menjadi 32 persen. 

Sementara itu, para peneliti juga menanyakan kepada 42 penyedia layanan kesehatan tentang pandangan mereka atas respon pasien terhadap ulasan rekam medisnya. Sebelum pasien mendapatkan tablet, 14 perawat yang disurvei berpikir mereka akan diminta melakukan lebih ketika pasien melihat rekam elektroniknya. Tetapi setelahnya, hanya setengah perawat yang mengatakan dirinya menjadi lebih banyak ditanya oleh pasien. 
 
Dari 28 dokter dan penyedia lainnya yang disurveri, 68 persen menduga akan ditanya lebih banyak sebelum pasien melihat rekam medis. Ternyata, hanya 36 persen saja yang melakukannya. 
  
Hasil studi ini, dikatakan Dr. Andrew Rosenberg, chief medical information officer, University of Michigan Health System, memberikan harapan. Tidak terlihat sinyal membahayakan bagi pasien dan nyatanya, tidak membuat dokter maupun perawat mendapat beban kerja yang lebih banyak.  
 
"Tetap saja, pasien dengan latar belakang pendidikan yang kurang atau memiliki keterbatasan bahasa membutuhkan lebih banyak usaha untuk mengetahui masalah kesehatannya," imbuh Dr. Jonathan Darer, chief innovation officer untuk divisi inovasi klinis di Geisinger Health System, Pennsylvania. 
 
Mereka si pengadopsi teknologi dini dan orang dengan pendidikan yang baik memiliki waktu yang lebih mudah memahami rekam medisnya. Sementara kebanyakan keluarga bisa berupaya keras untuk membaca rekam medisnya dengan pemahaman yang lebih besar. 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com