Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Remaja yang Tak Mampu Hadapi Kesedihan dan "Fans" Zayn Malik

Kompas.com - 27/03/2015, 17:49 WIB

KOMPAS.com — Kabar keluarnya Zayn Malik dari grup One Direction (1D) membuat para penggemarnya histeris. Kekecewaan para penggemar diungkapkan antara lain lewat Twitter. Namun, yang mengkhawatirkan adalah aksi nekat mereka yang menyilet lengan sampai berdarah.

Lewat hashtag atau tanda pagar #cut4zayn, para penggemar yang mayoritas remaja putri ini menampilkan foto-foto lengan yang tersayat silet dan meminta penggemar lain mengikuti aksinya agar Zayn membatalkan keputusan tersebut.

Para ahli perkembangan anak mengatakan, cara-cara berbahaya yang dilakukan para remaja untuk menghadapi rasa stres tersebut perlu disikapi serius oleh para orangtua.

"Anak-anak seharusnya punya tempat yang aman untuk mendiskusikan semua hal yang membuat mereka stres dan mendapatkan arahan bagaimana cara menghadapi tekanan tersebut," kata juru bicara Young Minds, seperti dikutip Daily Mail.

Psikolog Craig Jackson mengaitkan reaksi keluarnya Zayn dengan trauma publik di Inggris terhadap kematian Putri Diana dan bubarnya grup boyband Take That.

Dua peristiwa tersebut menunjukkan bentuk duka publik yang belum pernah terlihat sebelumnya di Inggris. Tingkat rawat inap di rumah sakit meningkat, lalu banyak yang mengancam bunuh diri saat boyband Take That bubar.

"Bagi sebagian, entah itu yang berusia 10 atau 20 tahun, menangis sejadi-jadinya, atau meledakkan emosi, bisa sangat terapeutik atau melegakan," kata Jackson.

Namun, ada juga beberapa orang yang tidak bisa menghadapi rasa sedih atau kehilangan itu dengan menyalahkan diri sendiri sehingga melakukan tindakan berbahaya, seperti melukai diri.

"Kesetiaan seperti itu dan putus asa yang berkepanjangan, emosi yang naik turun secara ekstrem, adalah hal yang perlu diwaspadai bagi orang yang sering menyakiti dirinya saat sedang berduka," katanya.

Untuk mencegah hal tersebut, ia menyarankan agar orangtua memberi perhatian lebih kepada anak-anaknya sehingga anak dapat mengatasi rasa sedihnya dengan cara yang sehat.

"Ajaklah anak untuk berbicara, dengarlah keluhannya. Ini adalah sebuah kehilangan, dan seperti rasa kehilangan yang lain, penting untuk menjaga diri sendiri dan berada di dekat orang yang peduli dan mendukung," katanya. (Purwandini Sakti Pratiwi)

 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com