Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kombinasi Kemoterapi dan Penanaman Biji Partikel untuk Kanker

Kompas.com - 12/04/2015, 16:05 WIB

NUSA DUA, KOMPAS.com - Terapi penanganan kanker yang terus berkembang makin memberi harapan bahwa sel-sel ganas ini bisa dikalahkan. Pengobatan kanker yang terbaru dan diklaim lebih efektif adalah mengombinasikan kemoterapi dan penanaman partikel radioterapi.

Menurut Prof. Peng Xiaochi dari Chinese Clinical Oncology Academy, sebenarnya penanaman partikel sudah diperkenalkan dalam dunia kedokteran dalam 10 tahun terakhir, namun pemanfaatannya yang dikombinasikan dengan kemoterapi baru dilakukan pada pertengahan tahun 2014.

"Metode kombinasi ini dilakukan di bawah panduan CT-scan atau USG, secara bergantian akan ditanamkan partikel radioterapi dan juga partikel kemoterapi ke dalam tumor," katanya dalam acara Forum Akademi Tumor Minimal Invasif ASEAN Modern Hospital Guangzhou di Nusa Dua, Bali, Sabtu (11//4/15).

Menurutnya, penggabungan ini lebih efektif dibandingkan bila dilakukan secara terpisah. Sebab, sel kekebalan tubuh yang diproduksi akan lebih banyak dan lebih ampuh membasmi sel kanker yang tumbuh. “Metode ini akan meningkatkan sensitivitas imun tubuh untuk membunuh sel kanker, karena pertumbuhannya (sel imun) berlipat ganda,” ujarnya.

Xiaochi dan timnya menggunakan partikel Iodine125, yakni sebuah unsur yang mengeluarkan energi radionuklida. Biji ini memancarkan sinar gama dalam jarak dekat yang berfungsi membunuh sel kanker. Partikel akan ditanam hanya di area tumor ganasnya, sehingga paparan radiasinya tidak sampai menyebar ke bagian tubuh lain.

 “Terapi biji partikel ini dilakukan langsung di dalam tubuh. Biji ini ditanam secara internal melalui suntikan kecil. Biji partikel ini diameternya hanya 0,3 milimeter. Jarak radius penyinarannya pun 1,8 centimeter,” ungkap Xiaochi.

Xiaochi mengatakan bahwa metode ini dapat diterapkan pada pasien kanker stadium awal sampai akhir, baik untuk tumor primer maupun tumor yang sudah menyebar. Proses penyinaran dari biji partikel membutuhkan waktu hingga dua bulan. Dalam satu kali penanaman, bisa terdiri dari 5 hingga 200 partikel, tergantung dari besarnya tumor yang tumbuh.

“Biji partikel ini akan terus tertanam di dalam tubuh, namun bisa juga keluar tergantung dari organ tubuh mana yang diterapi. Bisa saja keluar saat batuk (kanker paru) atau melalui feses (kanker usus),” jelasnya.

Walau menggunakan partikel radioterapi, tetapi Xiaochi mengklaim aman bagi tubuh. "Paparan radiasinya tidak sampai menyebar ke bagian tubuh lain. Pada radioterapi konvensional, lapisan atau sel normal yang terpapar juga ikut hancur karena penyinaran secara eksternal," paparnya.

Partikel kemoterapi ini disebut 'kemoterapi interstisial', yakni terisi eksipien obat yang bisa diurai atau tidak bisa diurai melalui sistem pengantar obat. Umumnya, pengantar obat ini terbuat dari bahan polimer alami dan polimer sintesis dengan cara yang berbeda ketika ditanam pada tumor.

Selain itu, jumlah obat yang masuk ke sirkulasi darah memiliki kecepatan yang sangat kecil. Dengan demikian, efek dari pengobatan ini lebih kecil dibandingkan dengan kemoterapi konvensional.

Meskipun dapat menjadi pengobatan bagi berbagai macam kanker, namun Xiaochi mengaku belum menerapkannya terhadap kanker yang tumbuh di bagian kepala atau otak.

Karena di dalam tubunya ditanam radiopartikel, biasanya metal detector akan bisa mengenali, sehingga pasien akan diberi surat pernyataan terkait pengobatan yang dijalani. (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com