Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/04/2015, 19:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Efek menenangkan yang didapatkan setelah mengonsumsi ganja, menjadi alasan sebagian orang mengonsumsi daun tanaman Cannabis sativa ini.

Selain dihisap seperti rokok, modus baru pemakaian ganja adalah dibuat menjadi kue dan cokelat. Namun, apa pun bentuknya, efek yang ditimbulkan tetap sama. Selain ketagihan, konsumsi ganja dalam jangka panjang meningkatkan risiko penyakit parkinson.

Penyakit parkinson adalah gangguan sistem gerak yang disebabkan karena berbagai faktor, termasuk penuaan. Penyakit ini menyerang otak.

Gejala utama penyakit ini adalah gangguan gerakan yang disebabkan oleh berkurangnya produksi dopamin, zat pengirim sinyal pada saraf otak.

"Pemakaian ganja yang terus menerus, bisa membuat dopamin terus dipicu sehingga pusat dopamin akan sedikit over produksi dan menjadi 'cepat capek'. Kondisi itu bisa mengganggu proses pembentukan dopamin di kemudian hari, sehingga ada kemungkinan menderita penyakit parkinson," kata dr.Fritz Sumantri Usman, spesialis saraf dari RSUP Fatmawati Jakarta.

Pemakaian ganja juga bisa menjadi pintu masuk untuk penggunaan narkoba jenis lainnya. "Sama seperti rokok yang bisa jadi pintu masuk bagi zat berbahaya lainnya," katanya.

Parkinson sendiri biasanya diderita oleh orang berusia di atas 60 tahun, tapi sebanyak 10 persen kasus parkinson muncul di bawah usia 40 tahun.

gejala parkinson antara lain gemetar pada lengan, tangan, kaki, muka dan rahang, kekakuan sendi, kelambanan gerak, dan gangguan keseimbangan (postural impaired).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com