Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2015, 10:00 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber Reuters

KOMPAS.com - Diabetes tipe 1 menjadi jenis diabetes yang paling sering dijumpai pada anak dan remaja. Diagnosis ditegakkan selain dengan merujuk pada simtom yang muncul, juga didukung oleh pemeriksaan laboratorium. Namun, dengan hasil penelitian terbaru, dokter bisa mendeteksi diabetes tipe 1 pada anak, sebelum simtomnya muncul. 

Diabetes tipe 1 merupakan penyakit kronis dan terjadi karena berkurangnya, atau tidak adanya produksi insulin di dalam tubuh. Penyakit ini kerap terjadi di masa kanak-kanak. Secara garis besar, angka kejadian diabetes tipe 1 paling tinggi dijumpai pada anak usia 6-7 tahun dan usia menjelang pubertas.

Diabetes tipe 1 terjadi karena ada proses otoimun yang membuat kerusakan pada sel pankreas yang menghasilkan insulin. Sebagai akibatnya, tubuh tidak mampu menghasilkan insulin. 

Para ahli yang ambil bagian dalam proyek The Environmental Determinants of Diabetes in the Young (TEDDY) telah menemukan empat penanda atau otoantibodi, dalam darah dari partisipan studi yang memungkinkan untuk mendeteksi penyakit lebih dini. Yang berarti pengobatannya juga dapat dimulai lebih dini.  

Peneliti utama, Ake Lernmark, dari Sweden's Lund University mengatakan bahwa mengukur kadar otoantibodi pada darah anak akan mengindikasikan sistem imunitas mereka sudah mulai menyerang sel beta atau belum. Otoantibodi ini, dikatakan Lernmark, muncul tahunan sebelum penyakit didiagnosis.  

Studi TEDDY yang melibatkan 8.600 anak dari Swedia, Amerika Serikat, Jerman, dan Finlandia, menjumpai bahwa kemunculan otoantibodi pelawan sel penghasil insulin, muncul di tahun-tahun pertama kehidupan. Tetapi penyakit ini tidak terdiagnosis hingga 10 tahun kemudian. Jadi inilah temuannya.

“Kita sekarang tahu dimana melihat pemicunya sehingga kita perlu menjelaskan mengapa otoantibodi muncul. Sekarang kita tahu bahwa ada baiknya melihat di tahun pertama kehidupan,” urai Lernmark.

Temuan studi yang didanai oleh US National Institutes of Health ini juga akan memungkinkan pengobatan lebih dini maupun menurunkan dosis insulin yang digunakan untuk mengatasi kondisi tersebut. Bahkan memungkinkan penderita untuk menunda atau menghindari simtomnya ketika penyakitnya muncul. 

Hingga saat ini masih belum diketahui penyebab sistem imunitas mulai menyerang sel insulin tubuh sendiri dan mulai berkurang. Satu teorinya adalah bahwa virus selesma bisa menjadi pemicunya.

Saat ini, belum ada obat untuk diabetes tipe 1. Tetapi, dikatakan Lernmark, sasaran jangka panjang adalah menemukan vaksinnya.

“Jadi asumsikan atau hipotesis bahwa ada virus yang bertanggung jawab terhadap pemicu otoantibodi ini, sasarannya kemudian untuk membuat vaksin yang dapat melawan virus ini dan bisa dapat ditemukan maka kemungkinan mencegah diabetes tipe 1 secara bersamaan menjadi sangat tinggi,” tambahnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com