Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kehadiran Chef di Sekolah ini Bikin Anak Makan Lebih Sehat

Kompas.com - 29/04/2015, 09:48 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber CNN

KOMPAS.com - Di negara maju, kebanyakan dari sekolah menyediakan makan siang bagi siswanya. Setidaknya, di Amerika Serikat, lebih dari 30 juta pelajar mengonsumsi makanan sekolah setiap hari. Dan kebanyakan dari mereka bergantung pada makanan sekolah hingga setengah dari kalori hariannya. 

Mengingat makanan sekolah menjadi andalan, maka intervensi berbasis sekolah yang mendorong pemilihan dan konsumsi makanan yang lebih sehat akan memiliki pengaruh terhadap kesehatan yang demikian penting. Terutama bila dilakukan secara berkelanjutan dan layak secara ekonomi. Demikian disebutkan Juliana Cohen, penulis utama dari studi yang dipublikasikan dalam JAMA Pediatrics ini. 

Bersama dengan organisasi non profit Project Bread, periset dari Harvard School of Public Health membuat studi Modifying Eating and Lifestyles at School (MEALS). Uji klinis secara acak dilakukan di dua wilayah sekolah urban dengan pendapatan rendah. 

Subyek terdiri dari lebih 2.500 pelajar kelas 3-8 dari 14 sekolah dasar dan menengah di Massachusetts. Tim periset menyiapkan studi efek jangka pendek dan panjang terhadap juru masak atau chef profesional serta efek dari paparan harian secara luas atas intervensi arsitektur pilihan terhadap pilihan dan konsumsi makanan anak sekolah. Arsitektur pilihan ini adalah penggunaan istilah yang menggambarkan cara berbeda saat pilihan disampaikan kepada konsumen dan pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan.

Secara keseluruhan para periset menjumpai bahwa baik melakukan kerja sama dengan juru masak untuk memperkuat makanan sekolah, maupun menggunakan arsitektur pilihan, sama-sama memberikan manfaat. Meski demikian, perbaikan kualitas dan selera makanan adalah metode yang lebih efektif dalam jangka panjang guna meningkatkan konsumsi makanan sekolah yang lebih sehat. 

Adanya juru masak profesional membuat konsumsi sayuran meningkat hingga 30,8 persen di sekolah dibandingkan pada kelompok kontrol.

Trik untuk membuat anak mau mengonsumsi sayuran sama seperti halnya seperti membuat strategi pemasaran. Mengacu pada sejumlah studi oleh Brian Wansink, direktur dari Cornell Food and Brand Lab, Cohen menegaskan bahwa menempatkan makanan lebih sehat di bagian pertama dari deretan prasmanan, meningkatkan pilihan makanan secara keseluruhan.

Teknik lainnya termasuk meletakkan susu putih di depan susu manis (cokelat), juga menggunakan anjuran verbal serta pencahayaan pada makanan yang lebih sehat. 

Sebagai contoh, dalam studi tahun 2012, ketika Wansink mengubah nama wortel menjadi 'wortel si penglihatan sinar-X', konsumsi sayur berwarna jingga ini meningkat 66 persen. Sangat jauh perbandingannya bila wortel dilabelkan sebagai makanan hari ini, yang hanya 32 persen saja. 

Cara lain yang juga bisa dilakukan adalah dengan mengatakan kepada anak bahwa atlit atau super hero idola mereka adalah penggemar dari makanan yang ingin Anda berikan kepada anak. 

Sementara itu, Dr. Mitesh Patel dari University of Pennsylvania Perelman School of Medicine salut dengan studi ini. Yang sebagian dimotivasi oleh program Chefs Move to Schools yang diluncurkan oleh Michelle Obama tahun 2010 untuk mempromosikan lebih banyak makanan sekolah yang enak melalui kolaborasi dengan juru masak profesional. 

Sebenarnya, Cohen beserta koleganya telah mengajukan tawaran menempatkan kotak susu cokelat lebih sedikit tetapi hal ini mendapat tentangan kuat dari sekolah. Sekolah khawatir atas kebutuhan tenaga untuk mengisi kembali bagian tersebut dengan lebih sering saat antrian makan siang.

Namun, upaya untuk memperbaiki rasa makanan di sekolah melalui makanan yang diperkaya oleh juru masak sebaiknya tetap menjadi prioritas. Mengingat ini menjadi satu-satunya metode yang dapat meningkatkan konsumsinya. 

"Saya percaya, inisiatif dan intervensi seperti ini sebaiknya menjadi prioritas. Tidak hanya dalam tatanan sekolah tetapi bisa diperluas hingga ke rumah dan restoran. Guna melawan lingkungan obesogenik dan memberikan pilihan lebih baik bagi anak-anak dalam melawan epidemik kegemukan. Dan tentu saja menghidari penyakit yang berhubungan dengan kegemukan di hidup mereka," tegas Jampolis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com